099486200 1601025947 830 556

Posisi Strategis Pesantren di Tahun Politik, Dalam Upaya Mencegah Intoleransi

JAKARTA – Pondok Pesantren merupakan gambaran miniatur Indonesia, karena di pesantren terdapat santri dari berbagai latar belakang, suku dan budaya, sehingga secara tidak langsung pesantren menanamkan bibit toleransi dan saling mengasihi antara sesama santri, selain itu pimpinan pondok pesantren merupakan tokoh yang berpengaruh di masyarakat karena merupakan paku bumi ditempat pesantren berada.

Pondok pesantren sejak keberadaanya hingga hari ini selalu mengawal persatuan dan perdamaian sehingga sulit sekali paham – paham intoleransi dapat masuk ke lingkungan pesantren. Namun dalam era medsos seperti sekarang, gempuran hoax, ujaran kebencian dan intoleransi begitu massif sehingga pondok pesantren dapat dijadikan basis dalam upaya mencegah polarisasi yang terjadi dimasyarakat terutama yang berkenaan dengan intoleransi.

Dilansir dari laman republika.co.id Pengasuh Pondok Pesantren Al Fath Kota Bekasi KH Taufik Abdul Hamid menegaskan peran strategis pesantren dalam mengawal perdamaian dan toleransi di Indonesia. Dalam momentum tahun politik ini, dia pun menilai pesantren mampu berperan besar dalam mencegah tindakan intoleransi.

Menurut Kiai Taufik, pesantren sejauh ini telah membantu pemerintah mencegah radikalisme dan terorisme yang mengoyak persatuan dan bangunan kebangsaan.

“Jumlah pesantren seluruh Indonesia tergolong besar, 39.043 pesantren yang memungkinkan pesantren mampu memainkan peran dan pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan upaya mencegah intoleransi,” ujar Kiai Taufik dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (13/11/2023).

Di sisi lain, menurut dia, jumlah pesantren yang sangat besar tersebut juga membuat pesantren selalu menjadi primadona serta rebutan para kontestan politik di setiap perhelatan akbar demokrasi lima tahunan.

“Pesantren juga menjadi rebutan para kontestan bacaleg, cawalkot/cawalbub, cagub bahkan capres-cawapres,” ucap dia.

Lebih lanjut, dia mengatakan, jika pemerintah dan penyelenggara, serta semua stakeholder pemilu tidak serius untuk menciptakan iklim damai dalam penyelenggaraan pemilu, maka perbedaan politik sangat memungkinkan berpotensi munculnya benih intoleran di Indonesia.

“Jika ada satu dua oknum atau beberapa oknum stakeholder tidak serius menciptakan suasana damai dalam perpolitikan di Indonesia bahkan menjadi provokator demi kepentingan politiknya sesaat maka bahaya besar akan muncul,” kata dia.

Dia pun mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam rangka mencegah radikalisme di Indonesia, mulai dari pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di setiap kota di Indonesia, hingga pemberdayaan mantan napiter yang sudah insaf dan bertaubat untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

“Kesemuanya itu akan dapat mengurangi intoleransi, radikalisme, dan terorisme di Indonesia,” jelas Kiai Taufik.

Sejauh ini, Kiai Taufik sendiri juga sudah menunjukkan komitmen perlawanannya terhadap intoleransi dan radikalisme. Dalam berbagai kesempatan, Kiai Taufik mengaku selalu menyelipkan pesan-pesan toleransi, perdamaian dan persatuan, baik di sosial media, ceramah keagamaan, kuliah, hingga seminar.

“Saya sangat mendukung, bahkan tanpa dimintapun saya telah lama menyuarakan toleransi, kedamaian, persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari jejak digital penulis di medsos atau dalam seminar, PKD, ceramah, kuliah-kuliah dan lain-lain,” kata Kiai Taufik.

 

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Haji mabrur

Dewan Ulama Saudi Nyatakan Haji Tanpa Izin Dosa, Kemenag: Hanya Visa Haji yang Dibolehkan

Jakarta – Dewan Ulama Senior Arab Saudi menyatakan ibadah haji tanpa izin tidak diperbolehkan dan …

Relijius copy

Indonesia Menempati Negara Paling Relijius Sejagad

Jakarta – Indonesia adalah negera mayoritas beragama Islam. Sepertiga dari kurang lebih 270 juta penduduk …