Tema ini terinspirasi oleh khutbah shalat Idul Fitri di tempat saya menunaikan shalat Ied. Ada satu hal yang tidak terbaca selama ini di momen hari raya Idul Fitri yang ternyata bukan sekadar hari suka cita, hari bahagia dan hari pesta kemenangan.
Bukan pula hanya sekadar silaturahmi saling bermaafan, dan berziarah ke makam keluarga. Idul Fitri ternyata menyimpan rahasia besar. Ada janji Allah yang direalisasikan pada saat perayaan hari raya Idul Fitri. Realisasi janji Allah itu bahkan diucapkan dan didengar oleh seluruh mahluk alam semesta, kecuali jin dan manusia.
Janji Allah dimaksud direkam dalam salah hadits riwayat Anas bin Malik. Rasulullah bersabda: “Di hari Idul Fitri para malaikat turun ke bumi. Setibanya di bumi mereka berseru dengan suara yang didengar oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia. Mereka berkata: “Wahai umat Muhammad! Keluarlah kalian menuju Tuhan Yang Maha Mulia, yang memberikan pahala dan pengampunan dosa besar”.
Tatkala umat Islam telah sampai ke tempat shalat mereka, Allah berfirman kepada para malaikat: “Tahukah kalian, apa balasan bagi seseorang yang menyelesaikan pekerjaannya”? Para malaikat menjawab: “Wahai Tuhan kami, tentulah layak mendapatkan upahnya”. Kemudian Allah berfirman: “Saksikanlah, bahwa Aku memberikan pahala dari puasa dan shalat mereka dengan keridhaan dan ampunanku. Pulanglah kalian semua dengan ampunanku”.
Dalam hadits riwayat Imam Thabrani disebutkan: “… kemudian ketika mereka telah selesai menunaikan shalat (Idul Fitri) malaikat berseru kembali: “Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah mengampuni dosa-dosamu. Maka, kembalilah ke perjalanan hidup kalian selanjutnya, sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Itulah jaminan Allah kepada umat Islam di hari raya Idul Fitri. Jaminan Allah tersebut tentu tidak akan diingkari dan bukan basa-basi. Alangkah beruntungnya umat Islam di hari raya Idul Fitri. Momen seperti ini hanya terjadi sekali setahun, setelah berakhirnya bulan ramadhan.
Jaminan pengampunan dari Allah sebab umat Islam telah menjalankan suatu ibadah agung, yakni perintah menjalankan puasa ramadhan. Hal ini karena ibadah puasa merupakan ibadah yang memiliki keistimewaan luar biasa, dimana Allah langsung yang membalas ibadah puasa dengan pahala yang tidak terbatas.
Berbekal keridhaan dan ampunan Allah itu, umat Islam diperjalanan hidup selanjutnya pasti mampu menjadi seorang hamba yang beriman dan bertakwa dalam arti yang sesungguhnya. Berupa keimanan dan ketakwaan yang ditularkan dari nilai-nilai puasa ramadhan. Berupa menahan hawa nafsu; tidak mudah mencaci, tidak membenci, menyayangi dan memiliki sifat terpuji saling berbagi.
Dalam konteks keindonesiaan yang multi kultur, manusia yang telah mendapatkan keridhaan, pengampunan dan hidayah dari Allah di hari raya Idul Fitri tertanam dalam dirinya sikap penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Menghormati sesama sekalipun berbeda agama, tidak membenci kelompok lain yang berbeda tafsir sebab boleh jadi juga memiliki dalil.
Itulah janji Allah di hari raya Idul Fitri. Maka, kalau dalam perjalan hidup berikutnya kita masih belum bisa menemukan jalan spiritualitas sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya, bisa jadi ada yang salah dengan ibadah puasa yang kita lakukan.
Karena orang beriman dan orang yang bertakwa pasca ramadhan dalam dirinya pasti tertanam nilai-nilai puasa ramadhan. Tidak memiliki sifat membenci terhadap manusia lain, sekalipun berbeda agama dan keyakinan. Tidak membenci saudara seiman, apalagi sampai mengkafirkan. Serta, tidak mudah terprovokasi oleh hasutan kelompok yang menebarkan kebencian di atas bumi ini, seperti upaya merusak rajutan tenun kebangsaan dengan menebar fitnah Indonesia negara kafir dan opini-opini sejenis itu.