Jakarta – Raja dangdut Haji Rhoma Irama selama ini dikenal sebagai musisi yang konsisten melakukan dakwah melalui syair dan lagunya dengan iringan musik dangdut. Sejak 13 Oktober 1973, Rhoma telah mendeklarasikan Soneta sebagai “the voice of muslim,”. Hingga kini, ia terus berjuang untuk mengaktualisasikan perannya sebagai pembawa pesan moderasi beragama.
Tekad itu terus diusung di usianya yang sudah berkepala 7. Rhoma Irama bertekad untuk menjadikan musik sebagai media edukasi, berdakwah, dan alat untuk mempersatukan bangsa.
Hal itu dikatakan Rhoma Irama pada Dialog Publik, Pagelaran Musik, dan Film Moderasi Beragama yang digelar oleh Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada Jumat,( 5/1/ 2024).
Rhoma menjelaskan observasi bertahun-tahun menunjukkan efektivitas dakwah melalui musik, sebagaimana Rhoma Irama diundang ke Amerika Serikat dalam rangka International Conference on Islam and the Council of Indonesia and Malaysia. Di sana, keberhasilannya diakui sebagai bukti bahwa musik efektif untuk berdakwah dan membangun karakter manusia.
Rhoma juga berbagi testimoni inspiratif seorang dosen di Surabaya, yang hidupnya terinspirasi oleh lirik-lirik lagunya. Menurutnya, musik memiliki daya konkrit untuk membentuk karakter seseorang, “The power of music can change a person’s character,” ungkap Rhoma.
Berkat moderasi beragama, Rhoma Irama melihat adanya local wisdom dalam budaya yang mampu membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Dengan hati-hati, ia mengingatkan bahwa seni, terutama musik, memiliki kekuatan besar untuk merusak atau membangun.