Dilansir dari laman republika.co.id dan Televisi Yordania pada Sabtu (20/12/2025) melaporkan Angkatan Udara Kerajaan Yordania ikut serta dalam serangan Amerika Serikat terhadap target-target milik Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah pada Jumat (19/12/2025) malam.
Televisi Yordania, dikutip dari Aljazeera, mengatakan partisipasi Yordania dilakukan dalam rangka perang melawan terorismedan untuk mencegah organisasi ekstremis memanfaatkan wilayah-wilayah tersebut.
Hal tersebut sebagai titik awal yang bisa mengancam keamanan Suriah dan kawasan sekitarnya, terutama setelah ISIS kembali membangun dirinya dan kapasitasnya di Suriah.”
Pada Sabtu dini hari, Menteri Perang AS Pete Higsith mengumumkan peluncuran operasi militer bernama “Eagle Eye” terhadap ISIS di Suriah, sebagai tanggapan atas serangan di Palmyra beberapa hari lalu yang menewaskan tiga warga AS.
Hegseth mengatakan dalam sebuah postingan di platform X bahwa pasukan AS telah memulai operasi “Eagle Eye” di Suriah untuk menghancurkan para pejuang, infrastruktur, dan lokasi penyimpanan senjata ISIS. Hal ini sebagai tanggapan langsung atas serangan yang menargetkan pasukan AS pada 13 Desember lalu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan negaranya melancarkan serangan yang sangat kuat terhadap kubu-kubu ISIS di Suriah.
Serangan tersebut merupakan balasan keras atas pembunuhan yang dilakukan ISIS terhadap tentara AS di Suriah.
Trump menambahkan, “Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh seorang pria (merujuk pada Presiden Suriah Ahmad al-Shara) yang bekerja keras untuk mengembalikan kejayaan Suriah sepenuhnya mendukung operasi militer kami terhadap ISIS.”
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan Damaskus menegaskan komitmennya untuk memerangi ISIS dan memastikan tidak ada tempat berlindung yang aman bagi ISIS di negara itu.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri itu menambahkan Suriah akan terus mengintensifkan operasi militer terhadap ISIS di semua wilayah yang terancam.
Mereka menyerukan kepada Amerika Serikat dan negara-negara anggota koalisi internasional untuk mendukung upaya Damaskus dalam memerangi terorisme.
Pemboman besar-besaran
Sebelumnya, koresponden Aljazeera, mengutip sumber keamanan Suriah, melaporkan bahwa koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat melancarkan serangan udara pada Jumat terhadap markas ISIS di sejumlah wilayah di tengah dan timur Suriah.
Sumber keamanan Suriah menambahkan bahwa lokasi-lokasi yang menjadi sasaran tersebar di antara Badia Homs (tengah) dan pedesaan Deir ez-Zor dan Raqqa (timur).
Sementara itu, surat kabar Wall Street Journal mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya bahwa pasukan AS menggunakan pesawat tempur F-15 dan A-10, helikopter Apache, dan rudal HIMARS selama operasi Ain al-Saqr.
Juga, CNN mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan pasukan AS bersama pasukan mitra telah melakukan 10 operasi yang mengakibatkan tewasnya atau penangkapan sekitar 23 orang sejak serangan Palmyra.
Kemudian, Komando Pusat Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka telah menyerang lebih dari 70 lokasi di tengah Suriah menggunakan artileri, pesawat terbang, dan helikopter, serta menggunakan lebih dari 100 amunisi presisi untuk menghancurkan infrastruktur milik ISIS di Suriah.
Insiden tersebut terjadi di wilayah yang menjadi basis dan tempat aktivitas sel-sel ISIS, yang masih melakukan serangan mendadak di gurun Suriah yang luas di bagian tenggara negara itu.
Pasukan AS beroperasi di Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional untuk memerangi ISIS, yang dibentuk di bawah kepemimpinan AS pada 2014 dan bergabung dengan Suriah pada 12 November 2025.
Sejak didirikan, koalisi internasional ini telah melakukan operasi militer melawan ISIS di Suriah dan Irak dengan partisipasi sejumlah negara, dan Suriah telah bergabung untuk secara resmi menjadi mitra ke-90.
Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama secara erat dengan mitra-mitranya di Suriah guna memburu jaringan ISIS dan mencegah organisasi tersebut untuk kembali menkonsolidasikan barisannya serta melancarkan serangan di tingkat global.
Dikutip Aljazeera, Kamis (18/12/2025), Komando tersebut menjelaskan selama sebulan terakhir, pasukan AS bekerja sama dengan Damaskus telah menghancurkan sekitar 130 rudal, peluru, dan senjata lain milik ISIS.
Komando tersebut menambahkan, operasi militer tersebut telah menggagalkan upaya ISIS untuk membangun kembali kemampuannya, dengan mencatat 14 anggota ISIS tewas dan 119 lainnya ditangkap selama enam bulan terakhir.
Komando Pusat menyebutkan bahwa pasukan AS dan mitranya telah melakukan sekitar 80 operasi di Suriah sejak Juli lalu yang bertujuan untuk memberantas anggota teroris.
Pada akhir November lalu, Komando Pusat AS mengumumkan telah melakukan operasi militer bersama dengan Kementerian Dalam Negeri Suriah yang menargetkan lebih dari 15 gudang dan depo senjata milik ISIS di selatan Suriah dan pinggiran Damaskus.
SENTCOM mengatakan, pasukan AS bekerja sama dengan unit-unit dari Kementerian Dalam Negeri Suriah antara 24 dan 27 November lalu dalam menghancurkan gudang-gudang tersebut melalui serangan udara dan operasi peledakan di lapangan.
Perlu dicatat bahwa koalisi internasional melawan ISIS, yang diikuti oleh puluhan negara sejak didirikan, telah melakukan serangkaian operasi militer besar-besaran melawan ISIS di Suriah dan Irak selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, pemerintah Suriah tidak ikut serta dalam koalisi tersebut sebelum mengumumkan bergabung baru-baru ini.
New York Times mengatakan serangan mematikan yang menargetkan pasukan Amerika di Suriah telah memunculkan pertanyaan baru tentang masa depan kehadiran militer Amerika di sana.
Presiden Donald Trump menyatakan dirinya masih percaya pada Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa dan tidak ada hubungannya dengan serangan terhadap pasukan AS di Suriah.
Trump mengatakan bahwa negaranya akan membalas dengan keras serangan ISIS yang menewaskan 3 warga AS di Suriah.
Dikutip dari Aljazeera, Selasa (16/12/2025), analis kontra-terorisme Colin Clarke berpendapat bahwa serangan tersebut kemungkinan akan mendorong Presiden AS Donald Trump mempercepat penarikan pasukan AS dari Suriah.
Jumlah pe
Jumlah personel militer AS saat ini berjumlah sekitar 1.000 tentara yang ditempatkan di timur laut negara itu dan Pangkalan Al-Tanf.
Di sisi lain, pejabat militer AS yang diwawancarai surat kabar tersebut mengesampingkan kemungkinan dilakukannya operasi militer besar-besaran terhadap ISIS.
Pejabat itu menyebut Washington cenderung mengambil pendekatan yang hati-hati dengan mempertimbangkan situasi politik di Suriah yang sensitif untuk menghindari terjadinya kerusuhan.
Sebelumnya, awal bulan ini, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengumumkan pada Ahad (30/11/12) bahwa personel militer AS bersama Kementerian Dalam Negeri Suriah berhasil menghancurkan lebih dari 15 lokasi yang digunakan sebagai gudang senjata ISIS di wilayah selatan Suriah.
Operasi yang berlangsung selama empat hari, sejak 24 hingga 27 November, melibatkan kerja sama antara pasukan AS dan aparat Suriah di Provinsi Rif Damashq.
Menurut CENTCOM, tim gabungan tersebut menggunakan serangkaian serangan udara dan peledakan dari darat untuk mengidentifikasi serta memusnahkan fasilitas penyimpanan senjata ISIS.
Upaya gabungan tersebut berhasil menghancurkan lebih dari 130 mortir dan roket, beserta beberapa senapan serbu, senapan mesin, ranjau anti-tank, serta berbagai material yang biasa digunakan untuk merakit alat peledak rakitan (Improvised Explosive Devices/IED).
Pasukan juga melaporkan penemuan dan pemusnahan narkotika ilegal di beberapa lokasi.
Komandan CENTCOM, Laksamana Brad Cooper, mengatakan operasi tersebut “memastikan bahwa capaian melawan ISIS bersifat permanen dan mencegah kelompok itu kembali mengembangkan atau mengekspor serangan teror baik ke Amerika Serikat maupun ke berbagai belahan dunia.”
“Kami akan tetap waspada dan terus mengejar sisa-sisa ISIS di Suriah secara agresif,” tambahnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah