rohingya
rohingya

3 Tahun Ngungsi ke Bangladesh, Ini 9 Poin Kondisi Terakhir Muslim Rohingya

Jakarta – 25 Agustus mendatang akan menandai tiga tahun eksodus 730 ribu Muslim Rohingya ke Bangladesh. Mereka melarikan diri dari tempat asalnya, Rakhine, Myanmar, untuk menyelamatkan dari dari kejaran dan genosida militer Myanmar. Setelah tiga tahun tinggal di pengungsian di Bangladesh, kini kondisi Muslim Rohingya sangat memprihatinkan.

Sebelumnya, 200 ribu Rohingya sudah berada di Bangladesh. Mereka lari ke negara tersebut juga akibat kekerasan yang dilakukan Pemerintah Myanmar.Para penyelidik PBB kemudian menyimpulkan, militer Myanmar melakukan tindakan genosida. Namun, Myanmar menyanggahnya dengan dalih, aksi militer mereka merupakan pemberantasan terhadap pemberontak.

Dikutip dari laman Republika.co.id, sejumlah fakta tentang kamp pengungsian yang dihuni Rohingya di Cox’s Bazar yang dilansir Reuters, Rabu (19/8/2020), merujuk informasi badan pengungsi PBB, Pemerintah Bangladesh, dan International Organization for Migration.

Pertama, sebagian besar dari sekitar sejuta Rohingya di Bangladesh di lima kamp pengungsian. Setengah dari pengungsi itu adalah anak-anak. Terdapat lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki di kamp-kamp itu.

Kedua, lebih dari 700 ribu Rohingya tinggal di kamp pengungsian terbesar dan paling padat di dunia, Kutapalong. Area ini hanya seluas 13 kilometer persegi.

Ketiga, sekitar 131 ribu orang tinggal di Kamp Teknaf, sebelah selatan Kutapalong. Lebih dari 22 ribu orang di Kamp Unchiprang, sekira 22 ribu lainnya di Shamlapur, dan hampir 13 ribu di kamp terkecil, Chakmarkul.

Keempat, sebagian besar pengungsi tinggal di shelter terbuat dari bamboo dan lembaran plastik.Kelima, badan-badan PBB, lembaga kemanusiaan nasional dan internasional serta Pemerintah Bangladesh menyedian makanan, layanan kesehatan, dan faislitas dasar lainnya seperti toilet dan air minum untuk pengungsi.

Keenam, para pengungsi tak boleh bekerja dan tak bisa meninggalkan kampa tanpa izin Pemerintah Bangladesh.Ketujuh, Bangladesh akhir tahun lalu membatasi akses internet berkecepatan tinggi di kamp-kamp pengungsian Rohingya, dengan alasan keamanan nasional.

Kedelapan, Januari lalu, Bangladesh mengizinkan anak-anak Rohingya studi formal hingga umur 14 tahun dengan mengikuti kurikulum Myanmar. Mereka yang usianya di atas 14 tahun, mendapatkan pelatihan keterampilan.

Kesembilan, kasus corona pertama di kamp pengungsian Rohingya terdeteksi pada 14 Mei. Hingga 17 Agustus 2020, 79 kasus terkonfirmasi di antara para pengungsi, sebanyak enam di antaranya meninggal dunia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

KH Maruf Amin dan Menteri Wakaf Suriah

Ma’ruf Amin Bertemua Menteri Wakaf Suriah Bahas Kolaborasi Keilmuan dan Kedamaian Dunia Islam

Jakarta — Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, menerima kunjungan kehormatan …

moderasi beragama

Nilai Moderasi Beragama dan Toleransi Pilar Utama Jaga Harmoni di Tengah Kemajemukan Indonesia

Pontianak — Nilai-nilai moderasi dan toleransi kembali ditegaskan sebagai pilar utama dalam menjaga harmoni bangsa …