Hidup di dunia ini hanya persinggahan, kehidupan sementara sebelum menuju kehidupan kekal tanpa batas masa, yakni kehidupan akhirat. Di dunia ini, semua manusia diberikan kesempatan untuk berinvestasi amal kebaikan sebagai bekal menuju kehidupan di akhirat.
Akan tetapi, banyak sekali manusia yang melupakan adanya kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti dan terlena oleh kehidupan dunia fana ini. Segala hal dilakukan demi ambisi materi duniawi sekalipun menempuh cara yang dilarang oleh agama.
Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda: “Demi Zat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, pada hari kiamat tidak melangkah kedua kaki seorang hamba dari hadapan Allah melainkan pasti akan ditanya empat hal; tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang tubuhnya ke mana dipergunakan, tentang ilmunya ke mana diamalkan dan tentang hartanya dari mana mendapatkannya serta dipergunakan untuk apa”. (HR. Baihaqi).
Umur kita dimanfaatkan untuk apa?
Pertanyaan pertama ini adalah tentang aktifitas sehari-hari kita, tentang pemanfaatan umur kita, apakah digunakan untuk beribadah atau hanya sekadar memperturutkan hawa nafsu belaka. Umur adakah anugerah dari Allah yang harus disyukuri dengan cara memperbanyak amal ibadah dan kebaikan.
Apabila selama hidup kita lebih dominan aktifitas kebaikan maka pertanyaan ini pasti terjawab dan kita lolos. Sebaliknya, apabila umur kita dipergunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, maka kita menjadi manusia yang rugi pada saat itu. Dan, perlu diingat, pada saat itu kita tidak bisa berbohong, sebab yang menjawab adalah seluruh anggota badan yang tentang perbuatan yang dilakukan selama di dunia dan mulut kala itu terkunci.
Tubuh kita dimanfaatkan untuk melakukan aktifitas apa?
Apabila selama di dunia dipergunakan untuk tujuan sebagaimana kita diciptakan, yakni untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, niscaya kita akan bahagia dan beruntung. Surga tempat kita.Tetapi, kalau tubuh kita dipergunakan untuk melakukan kemaksiatan dan berbagai pelanggaran terhadap perintah Allah, tentu kesengsaraan yang kita dapat. Neraka tempat kita.
Bagaimana kita mengamalkan ilmu kita?
Kita akan ditanya, ilmu yang diberikan Allah apakah diamalkan di jalan yang benar, baik untuk kemaslahatan dirinya, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya, atau justru sebaliknya?
Tentu, menjadi sangat bahagia di akhirat apabila ilmu yang dimiliki diamalkan untuk kebaikan; untuk kemaslahatan pribadi dan kemaslahatan umat. Sebaliknya, apabila ilmu itu dipergunakan untuk menipu umat, memperkaya diri, merugikan orang lain, atau justru untuk membunuh orang lain seperti dilakukan kelompok teroris dengan alasan jihad, maka pasti kesengsaraan yang akan kita peroleh.
Harta kita diperoleh dari mana?
Pertanyaan terakhir ini tentang harta yang kita peroleh selama di dunia. Dari jalan legal atau ilegal? Kita memperoleh harta dengan yang halal atau sebaliknya. Kemudian penggunaan harta tersebut, apakah untuk kebaikan atau kemaksiatan?
Sudah pasti, sejak di dunia kita telah mengetahui jawabannya sebab semuanya terkait dengan apa yang kita kerjakan. Oleh karenanya, beruntung atau celaka kelak di akhirat ditentukan oleh kita sendiri selama hidup di dunia, Allah hanya menggariskan untuk menunjukkan kepada manusia jalan yang baik dan buruk.