lisan
lisan

5 Bahaya Lisan yang Menjerumuskan dalam Dosa dan Neraka

Selain hati, tidak ada hal dari anggota badan manusia yang paling berbahaya dari pada lisan. Lisan merupakan pintu menuju keburukan yang dapat menghantarkan manusia terjerumus dalam dosa dan neraka. Tidak hanya itu, ketidakmampuan manusia dalam menjaga lisan akan menghantarkan pada bencana sosial seperti konflik, perpecahan, dan kekerasan sosial.

Sesungguhnya lisan adalah anugerah Tuhan yang apabila digunakan dalam hal kebaikan dan manfaat akan menjadi perantara meraih pahala dan surga. Namun, apabila kita tidak bisa mengontrolnya, justru akan menjadi bencana.

Abdullah bin Mas’ud berkata tidak ada yang pantas untuk dipenjarakan kecuali lidah. Yang lain berkata perumpaan lidah seperti bianatang buas yang liar. Jika engkau tidak mengurungnya dia akan menyerangmu.

Islam menaruh perhatian besar dengan memberikan peringatan kepada umatnya untuk menjaga lisan. Dalam Qur’an “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS QAaf [50] : 18). Ayat ini mengajarkan umat Islam agar berhati-hati menjaga lisan karena tidak ada satupun kata yang tidak tercatat.

Jika kita merasa tidak mampu menjaga lisan dengan perkataan yang baik, pilihan diam itu lebih baik. Nabi bersabda :  “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara atau diam.” Prinsip yang diajarkan oleh Nabi dalam menjaga lisan adalah berhati-hati. Uqbah bin Amir meriwayatkan: Aku berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana memperoleh keselamatan?” Beliau 􏰞 bersabda: “Kendalikanlah lidahmu, tetaplah di dalam rumahmu dan hapuslah dosa-dosamu.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila seseorang hendak berbicara, maka hendaknya dia berpikir sebelum berbicara. Jika ada kebaikan yang bermanfaat pada apa yang akan ia katakan, maka dia hendaklah dia berbicara. Dan jika dia meragukannya, maka dia jangan berbicara sampai dia menjernihkan keraguan itu (dengan menjadikan pembicaraannya baik).”

Bahaya Lisan

Lalu, apa bahaya yang ditimbulkan lisan? Inilah 5 bencana yang disebabkan oleh lisan yang tidak bisa dijaga dengan baik.

Ghibah

Ghibah atau menggunjing merupakan suatu perbuatan yang paling tidak senangi oleh Allah. Ghibah adalah perbuatan lisan dengan menyebut orang lain yang akan menimbulkan atau membuatnya benci. Imam Abu Hamid Al-Gazali menukil ijma’ para ulama tentang ghibah yaitu: “Seseorang menyebutkan sesuatu tentang orang lain (tanpa kehadiran mereka) yang mana mereka benci untuk disebutkan.”

Larangan melakukan ghibah secara eksplisit disebutkan dalam Qur’an “…dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (QS Al-Hujarat [49] : 12). Ghibah merupakan perbuatan yang dapat memecahbelah persatuan dan persaudaraan sesama umat.

Dalam suatu riwayat Nabi pernah bercerita tentang pengalaman Beliau saat Mikraj. “Sewaktu dimi’rajkan, aku bertemu degan suatu kaum yang berkuku tembaga. Mereka menggaruk wajah dan dada mereka sendiri. Aku beratanya, “Siapakah orang-orang itu, wahai Jibril?” Dia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan menodai kehormatan mereka. (HR Abu Daud).

Bahkan, Nabi menyamakan derajat ghibah atau mengumbar kelejakan orang lain dengan perbuatan riba. “Sesungguhnya salah satu yang terjelek dari riba adalah merendahkan kehormatan Muslim tanpa hak”. (HR Abu Daud).

Fitnah

Perbedaan ghibah dan fitnah memang terlihat tipis. Dalam pengertian yang diberikan oleh Nabi sebagai berikut: “Tahukah kamu apakah ghibah itu?” Sahabat Menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Kamu menyebut- nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Beliau ditanya: “Bagaimana kalau memang saudaraku melakukan apa yang kukatakan?” Beliau menjawab: “Kalau memang dia melakukan seperti apa yang kamu katakan berarti kamu telah menghibahinya. Sebaliknya jika dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah memfitnahnya. (HR Muslim).

Fitnah ternyata lebih berbahaya dari pada ghibah. Bahkan fitnah dikatakan lebih kejam dari pembunuhan. Dalam Surat At Taubah disebutkan  Artinya : “Diantara mereka ada orang berkata “berilah saya izin (tidak berperang) dan janganlah menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa orang yang terjerumus ke dalam fitnah dan sesungguhnya Jahannam itu benar meliputi orang kafir. (QS.At-Taubah:49).

Fitnah merupakan tindakan lisan dengan mengumbar kejelekan saudaranya yang berlainan dengan fakta sebenarnya. Fitnah akan membuat manusia jatuh dalam bencana. Karena itulah, Islam telah memberikan panduan kepada umatnya agar tidak mudah jatuh dalam fitnah dan kabar bohong.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Q. S. Al Hujurat : 6).

Namimah

Namimah atau mengadu domba sangat besar bencananya bagi manusia. Tidak jarang peristiwa sosial berupa kekerasan karena disebabkan oleh adu domba. Adu domba menurut Imam Ghazali adalah tindakan mengambil perkataan dari orang lain tentang orang yang dibicarakan dan disampaikan kepada orang tersebut. Namimah juga mempunyai arti yang lebih luas yakni mengumbar kebencian dari orang tertentu untuk disampaikan kepada orang lain yang menyebabkan jatuhnya semua pihak dalam lingkaran kebencian.

Allah telah memperingatkan umat manusia agar tidak mengikuti perbuatan adu domba. “Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah (adu domba),” (QS Al-Qalam [68] : 11). Perbuatan adu domba merupakan dosa besar. Secara tegas Nabi bersabda :

“Tidak masuk surga orang yang suka mengadu domba. (HR Bukhori-Muslim). Dalam riwayat yang lain naminah adalah masuk dalam kategori dosa besar. 

“Tetapi sesungguhnya perbuatan itu termasuk dosa besar. Adapun salah seorang dari keduanya suka mengadu domba, sedangkan yang satunya lagi biasa tidak melindungi diri dari kencingnya.” (HR Bukhori-Muslim).

Dusta

Berkata bohong atau dusta merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Bahkan dalam Quran perbuatan dusta diumpakan derajatnya sama dengan orang kafair.

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah oran gyang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong. (QS An Nahl 16:105)

Ayat ini membahas tentang buruknya kebohongan dengan perumpamaan yang keras. Para pembohong disetarakan dengan derajat orang-orang kafir dan mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah. Karena itu tidak heran jika Islam sangat-sangat memperhatikan masalah kejujuran dan anti pada kebohongan.

Berkata dusta juga menjadi salah satu ciri orang munafik. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Artinya: Tanda orang munafik ada tiga: berkata bohong, ingkar janji, mengkhianati amanah (HR Bukhari & Muslim). 

Suka Mencela

Bahaya terakhir dari lisan adalah mencela. Orang kadang tidak pernah merasa bahwa mencela adalah perbuatan yang sangat menyakitkan bagi orang lain. Islam telah memperingatkan dengan tegas :  “Wahai orang-orang yang berimān, janganlah sebagian kaum menghina sebagian yang lain, mungkin mereka lebih baik daripada mereka”.

(QS Hujurāt: 11).

Lebih tegas Nabi mengkategorikan perbuatan mencela orang lain sebagai tindakan kefasikan. Nabi bersabda  “Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya kekufuran.” (HR Bukhari Muslim).

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pancasila Jaya

Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme, BPIP: Bumikan Pancasila

Makassar – Pancasila adalah ideologi bangsa yang telah terbukti mampu mempersatukan Indonesia dari berbagai keberagaman …

persatuan

Khutbah Jumat : Bulan Syawal Momentum Memperkokoh Ukhuwah dan Persatuan Bangsa

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى …