Jakarta – Sejumlah pihak meminta peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar tidak dikaitkan dengan agama ataupun suku tertentu, lantaran aksi terorisme tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran agama manapun.
Pengamat dan Analisis Intelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta sepakat dengan hal tersebut. Ia yakin semua agama baik, suci, dan tidak ada yang mengajarkan terorisme. Namun, dia tidak menampik fakta bahwa kelompok teroris melakukan perekrutan anggota dengan menggunakan dalil agama tertentu.
“Banyak pihak yang buru-buru mengeluarkan pernyataan bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan agama. Ini bukan masalah agama, tetapi faktanya kelompok ini melakukan penggalangan dan perekrutan dengan dalil-dalil agama. Mereka meyakini kuat bahwa akan naik ke surga, mereka juga menyerang tempat ibadah, dan ini semua kan simbol-simbol agama. Oknum-oknum yang menggunakan dalil agama atau melakukan tafsir secara salah terhadap agama untuk kepentingan kelompoknya, ini yang harus segera dibenahi,” terang Stanislaus dikutip dari laman Republika.co.id, Selasa (30/3/2021).
Ia mengajak semua pihak untuk bersama mengatasi masalah ini. Ia yakin pemerintah, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Sinergi antara masyarakat dan pemuka agama sangat dibutuhkan dalam mencegah aksi terorisme. Sikap saling menyalahkan pun tidak akan membantu menyelesaikan tindak kejahatan terorisme di Indonesia.
Menurut Stanislaus, upaya ideal yang bisa dilakukan saat ini adalah menggencarkan pemahaman oleh pemuka agama kepada seluruh masyarakat tentang ajaran agama yang benar dan lurus.
“Saya kira ini menjadi momentum yang penting, kesempatan yang bagus bagi semua pemuka agama, apapun agamanya untuk bersatu menyebarkan bahwa ajaran itu salah, yang benar seperti ini, sehingga masyarakat tidak mengikuti lagi. Kita nyatakan saja mereka menggunakan tafsir yang salah dan upaya ini harus dimasifkan terus-menerus. Jadikan teroris sebagai musuh utama,” tegasnya.