Amir Mahmud
Amir Mahmud

Mantan Kombatan Afghanistan: Radikal Terorisme Bukan Stigmatisasi Agama Tapi Musuh Agama dan Negara

Sukoharjo – Aksi radikalisme dan terorisme jelas-jelas terjadi di Indonesia. Hampir sebagaian besar aksi-aksi itu dilakukan oleh pelaku dengan mengatasnamakan agama. Ironisnya, ketika aksi-aksi itu masih saja terjadi, sebagaian pihak masih menuding bahwa radikalisme dan terorisme itu hanya stigmatisasi pemerintah terhadap agama, khususnya agama Islam.

Menanggapi hal tersebut mantan kombatan yang merupakan alumni Akademi Militer (Akmil) Mujahidin Afghanistan Dr. H. Amir Mahmud, M. Ag, mengatakan kalau narasi-narasi tersebut kalau dibiarkan justru akan lebih memperparah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Harus dipahami bahwa radikalisme dan terorisme ini bukan klaim perlawanan terhadap umat Islam, bukan!  Dibilang Islamofobia juga bukan. Sebenarnya radikalisme ini setelah ditelusuri dengan berbagai konteks penelitian-penelitian dan riset ternyata lahir sudah sekian tahun ini sengaja digugah atau dibangkitkan kembali oleh kelompok radikal yang mengatasnamakan agama,” ujar Amir Mahmud di Sukoharjo, Jumat (4/11/2022).

Ia menjelaskan bahwa sejatinya radikalisme dan terorisme itu bukanlah stigmatisasi agama, tapi benar-benar musuh agama dan musuh negara. Ia menyayangkan adanya komentar yang mengatakan bahwa perkara itu adalah stigmatisasi pemerintah terhadap agama Islam. Menurutnya terlalu dini  dan tidak mendasar untuk mengatakan hal tersebut.

“Orang yang mengatakan demikian itu tidak bisa melihat sejauh mana sebenarnya bahaya radikalisme dan terorisme itu berkembang di tengah-tengah masyarakat. Bahkan hari ini narasi itu dimainkan oleh kelompok-kelompok yang senantiasa ingin merusak tatanan nilai kehidupan bangsa dan bernegara” ungkapnya.

Dalam hal ini, terang Amir, kelompok tersebut tersebut selalu menjadikan perlawanan pemahaman ideologinya dengan Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara Indonesia. Untuk itu ia mengimbau masyarakat tidak ‘termakan’ oleh pernyataan menyesatkan tersebut.

“Padahal radikalisme dan terorisme adalah musuh negara dan musuh agama.  Dan ini yang tidak boleh dibiarkan karena ini akan menjadi luluh lantahnya kehidupan kerukunan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini,” ucapnya.

Apalagi Indonesia tengah menatap tahun politik 2024. Ia menilai sudah sudah ada gejala dari kelompok radikal tersebut untuk melakukan show of force-nya dengan langkah-langkah seperti tabligh akbar yang  menggerakkan komponen masyarakat yang tidak mengerti.

“Mereka ini menggunakan dengan dalih ukhuwah islamiyah  seperti yang dilihat di beberapa kota itu. Simbol-simbol yang dimainkan adalah simbol-simbol kekerasan, benderanya yang dibawa juga bendera simbol-simbol yang ada simbol pedang dan sebagainya,” paparnya.

Hal ini Ini menurut kalau ini dibiarkan  akan menjadi permasalahan bagi anak-anak muda,  bagi kalangan-kalangan yang lain. Sementara disisi lain menurutnya, masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan tidak sadar mengenai bahaya, dampak atau dahsyatnya paham radikal terorisme yang mengatasnamakan agama  ini kalau dibiarkan berkembang.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

060567700 1740995185 830 556

Santri Dari Mutholaah Kitab Kuning Ke Digital

JAKARTA — Santri bukan sekedar pembelajar di pondok pesantren namun lebih jauh santri menjadi penjaga …

082479700 1601026076 830 556

Kiprah Pendiri Pesantren Lirboyo di Medan Perang Kemerdekaan

Jakarta – KH. Abdul Karim atau yang biasa disapa Mbah Manab muassis Pondok Pesantren Lirboyo …