Orang selalu berpikir bahwa ujian dan cobaan selalu terkait dengan penderitaan, kesulitan dan kesengsaraan. Sesungguhnya baik kenikmatan maupun kesengsaraan adalah bagian dari ujian. Baik kesuksesan maupun kegagalan adalah bagian dari cobaan. Dan baik kekayaan maupun kemiskinan adalah tempaan bagi manusia yang berakal.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan.” QS. Al-Anbiya’ (21): 35.
Ketika seseorang mendapatkan musibah lalu berkeluh kesah, mengingat dan memohon pertolongan kepada Allah. Mereka merasakan bahwa kondisi itu sebagai cobaan dan ujian. Namun, ketika ia menikmati kebahagiaan dan kesenangan, masihkah ia mengingat Allah.
Ujian yang bisa melalaikan manusia, bukan kesedihan dan kesengsaraan, tetapi karena pencapaian kesuksesan dan kejayaan. Itulah ujian terbesar yang harus dilalui manusia.
Ketika merasa sedih, sangat wajar seorang hamba mengingat Tuhannya. Namun, bagaimana ketika ia sedang senang? Masihkah ia mengingat Tuhan? Ketika berduka, sangat wajar manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya. Namun, bagaimana ketika ia sedang bersuka, masihkah ia mendekatkan diri kepada Tuhannya?
Sungguh ujian terberat bukan kesengsaraan, penderitaan dan kemiskinan, tetapi kesuksesan, kejayaan dan kebahagiaan. Di sinilah kualitas seorang muslim diuji ketika mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sejauhmana kualitas keimanannya tetap terjaga secara konstan ketika dalam kondisi bahagia.
Menjadi sukses, sehat, pintar dan kaya adalah bagian dari ujian yang lebih berat. Beban menjadi orang yang demikian lebih berat dari orang yang lemah, sakit, miskin dan bodoh. Pertanggungjawaban orang yang kuat lebih berat dari pada orang yang lemah.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan; tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan; dan tentang tubuhnya, untuk apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi).
Nabi juga sudah memperingatkan tentang bahaya ujian besar ini. Beliau bersabda :
“Demi Allah, bukan kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian, tetapi aku khawatir jika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia membinasakan kalian sebagaimana dunia telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesuksesan, kejayaan dan kemenangan adalah ujian yang berpotensi besar membutakan manusia kepada Tuhannya. Beda halnya dengan kemiskinan dan kesengsaraan, orang akan mudah mengingat Tuhan. Namun, dalam kondisi sebaliknya orang akan mudah melupakan Tuhan.
Lalu, bagaimana agar manusia bisa lolos dari ujian di dunia in? Nabi memberikan “Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”(HR. Muslim).
Ingatlah seluruh dinamika kehidupan di dunia ini adalah ujian dan cobaan. Ketika kamu sedang menikmati kejayaan dan kesuksesan senantiasalah mengingat Tuhan dengan selalu bersyukur. Segeralah menunaikan amanat dan tanggungjawab dari kesuksesan yang telah diraih.Begitu pun ketika kalian sedang ditimpa kesusahan tetaplah berbaik sangka terhadap ujian Tuhan dan hiasilah hati dan perilaku dengan bersabar.
Tidak ada senjata yang lebih ampuh dari senjata sabar dalam menghadapi ujian kesengsaraan. Dan Tidak ada senjata yang ampun ketika mengdapatkan ujian kenikmatan kecuali dengan bersyukur.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah