Allah mengabulkan doa
doa terkabul

Ujian Terberat adalah Kebahagiaan, Bukan Kesedihan!

Orang sering menyangka sesungguhnya ujian dan cobaan dari Allah itu ketika kalian sedang mengalami kesusahan, kesedihan dan musibah. Padahal, sesungguhnya ujian terberat adalah kebahagiaan. Ujian yang sesungguhnya adalah ketika kalian sedang berada di atas, sedang mengalami kejayaan dan sedang menikmati kebahagiaan.

Memang, kesedihan dan kesusahan adalah ujian yang kerap dialami oleh manusia. Allah berfirman : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS : Al Baqarah 155).

Allah menyukai orang yang bersabar dan tidak putus asa atas rahmat Allah. Ketika ditimpa musibah ia selalu mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Segala sesuatu tiada yang kekal, semua akan kembali kepada Allah.

Ketika orang ditimpa musibah, ia akan otomatis mengingat Tuhan, mengeluh dan  memohon kepada Tuhan. Sifat manusia yang lemah selalu menyandarkan diri ketika menghadapi masalah. Ketika manusia menghadapi musibah hampir mayoritas menyadarinya sebagai ujian untuk menguatkan diri dan tidak selalu berputus asa.

Namun, ketika manusia mendapatkan nikmat, anugerah dan kebahagiaan, seseorang lupa bahwa semua itu adalah pemberian Tuhan dan sebagai ujian bagi manusia. Di situlah manusia terkadang mudah lupa dan selalu berbangga diri. Seolah kenikmatan yang diraih adalah hasil dari jerih payahnya sendiri.

Manusia mudah lupa Tuhan ketika sedang berbahagia. Kenapa? Karena mereka tidak menyadari bahwa kebahagiaan itu juga ujian dari Tuhan. Allah telah memperingatkan manusia dalam surat al-waqiah ayat 82 tentang orang-orang yang menjadikan rezeki Allah justru untuk mendustakan Allah.

Di saat manusia menerima rejeki, kebahagiaan dan kesenangan, di situlah kadang potensi manusia melupakan Tuhan. Ujian terberat manusia adalah ketika merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Karena itulah, Sahabat Muadz, sahabat yang cerdas dan yang sangat dicintai Rasulullah pernah berkata :

“Kalian telah diuji dengan kesulitan, kalian mampu bersabar. Nanti kalian akan diuji dengan kesenangan. Dan yang paling aku takutkan atas kalian adalah ujian wanita. Kalian diliputi emas dan kaum wanita memakai Riyath (jenis pakaian) Syam, dan kain Yaman. Mereka membuat lelah orang-orang kaya. Dan membuat yang miskin terbebani.” (Hilyatul Auliya oleh Abu Nu’aim, No: 839).

Ujian ketika mendapatkan musibah adalah bersabar. Namun, ujian ketika manusia mendapatkan kesenangan adalah bersyukur. Mampukah manusia menyadari bahwa segala yang didapatkan adalah pemberian Tuhan, lalu di bersyukur. Di sini manusia terkadang lupa dan lalai terhadap ujian kesenangan.

Dalam surat Al-hadid 22-23 sudah sangat jelas tersurat : Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauḥ Maḥfūẓ) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.

Maka, renungkanlah sabda Rasulullah yang sangat dalam ini : Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425)).

Bukan saat menghadapi musibah dan kesedihan yang perlu dikhawatirkan karena saat itu manusia yang lemah secara otomatis selalu mengeluh dan meminta pertolongan. Namun, takutlah ketika kita sedang menikmati kejayaan dan kekayaan, apakah kita menyadari itu sebagai ujian? Apakah kita merasakan itu sebagai Amanah? Apakah kita mensyukuri semua itu sebagai enugerah Allah?

Bagikan Artikel ini:

About Farhah Salihah

Check Also

rasulullah

Rasanya Adem dan Sejuk, Jika Hidup Berdampingan dengan Rasulullah

Rasullah tegas. Namun, bukan berarti Rasulullah selalu menampakkan wajah sangar dan menyeramkan. Selalu berapi-api dalam …

insyallah

Jangan Salah Memahami “Insyallah” Ketika Berjanji

Terkadang ketika berjanji seseorang memandang remeh kata “insyallah”. Konotasi Insyallah memberikan makna ketidakpastian. Bahkan sebagian …