Jakarta – Para santri diajak untuk tidak berhenti pada penguasaan keilmuan klasik semata. Tapi santri masa kini harus mampu mengaktualisasikan warisan intelektual pesantren dalam menjawab tantangan global, khususnya di era digital dan disrupsi teknologi yang terus bergerak cepat.
“Khazanah keilmuan kita seperti fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadits, kalam, hingga tarikh dan tajwid sebenarnya sudah cukup. Pertanyaannya, mampukah kita mengemas dan memanfaatkannya dengan tepat?” ujar Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj dikutip dari NU Online.
Pernyataan itu disampaikan Kiai Said saat memberikan tausiyah dalam silaturahmi Arus Informasi Santri Nusantara (AISNU) wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten di Pesantren Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, Minggu (27/7/2025).
Ia menekankan bahwa modal intelektual pesantren memiliki kekuatan besar jika dikontekstualisasikan dengan realitas zaman. Untuk itu, keberanian dan kreativitas santri menjadi kunci dalam menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam tindakan nyata yang relevan dan solutif.
Menggambarkan situasi zaman sebagai “tsunami mihnah dan fitnah”, Kiai Said menyatakan bahwa generasi saat ini menghadapi gelombang tantangan yang jauh lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
“Kita sedang berada di tengah arus cobaan luar biasa. Saya telah melewati banyak fase kehidupan, tapi tantangan kalian ke depan akan jauh lebih berat,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan rasa bangganya atas semangat para peserta yang hadir dalam forum AISNU. Bagi Kiai Said, bukan sekadar lokasi acara yang membanggakan, tetapi semangat kolektif yang dibawa oleh gerakan seperti AISNU itulah yang menunjukkan kesiapan santri dalam menghadapi era baru.
“Bukan karena kalian datang ke pesantren saya, tetapi karena semangat gerakan ini adalah bentuk nyata kesiapan menghadapi zaman. Dan itu membuat saya bangga,” tutupnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah