Perdamaian merupakan tanggungjawab seluruh elemen masyarakat, oleh karenanya menebar perdamaian harus terus dilakukan agar tidak terjadi konflik yang menjurus pada terjadinya peperangan, karena Perang merupakan suatu tragedi dalam kehidupan, sehingga perang harus dihindari, namun perubahan iklim yang besar merupakan satu ancaman yang justru lebih dahsyat dari sebuah peperangan.
Dilansir dari laman republika.co.id Nasaruddin menjelaskan, tema MQK Internasional tahun ini berkaitan dengan perubahan iklim dan persoalan perang yang harus segera diakhiri. Ia pun menegaskan, ancaman perubahan iklim lebih besar dibandingkan perang.
“Jumlah orang yang mati karena perang selama dua tahun ini, jumlah orang yang meninggal 67 ribu orang selama dua tahun. Tapi jumlah orang yang mati karena climate change itu empat juta orang meninggal,” ujar Nasaruddin dalam sambutannya.
Menurut Nasaruddin, perilaku manusia yang semena-mena terhadap alam menjadi penyebab utama krisis iklim. Karena itu, ia mengajak santri dan ulama untuk menggali ajaran turats terkait pelestarian lingkungan.
“Kini saatnya Kemenag mensponsori apa yang kami sebut sebagai ekoteologi, yakni kerja sama antara manusia, alam, dan Tuhan,” ucapnya.
Nasaruddin juga menegaskan bahwa MQK bukan sekadar perlombaan, melainkan diplomasi budaya pesantren untuk meneguhkan Islam Rahmatan lil-‘alamin.
“Pesantren adalah poros perdamaian. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam Indonesia tumbuh dengan dakwah yang ramah, penuh persaudaraan, dan menghormati budaya,” kata dia.
Sementara, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno menjelaskan, MQK Internasional tahun ini menghadirkan tiga terobosan penting. Pertama, untuk kali pertama digelar dengan melibatkan negara-negara ASEAN.
Kedua, seluruh pelaksanaan berbasis digital, mulai dari seleksi, input nilai, hingga penyediaan teks kitab. Ketiga, pelaksanaan MQK ditempatkan di Indonesia Timur, tepatnya di Pesantren As’adiyah Wajo.
Pembukaan berlangsung meriah dengan suguhan seni budaya Bugis-Makassar dan orkestra lagu tradisional dari santriwati As’adiyah. Ribuan masyarakat memadati halaman pesantren, menyaksikan momen yang oleh Menag disebut sebagai “sangat bersejarah.”
Acara ini juga dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Wajo Amran Mahmud, Wakil Gubernur Maluku Utara Sarbin Sehe, jajaran pejabat Kemenag, ulama lintas negara, hingga dewan hakim internasional.
Pembukaan MTQ Internasional yang pertama ini juga ditandai dengan penanaman pohon di halaman pesantren As’adiyah sebagai komitmen nyata terhadap tema lingkungan.
Selain perlombaan, MQK Internasional juga dirangkaikan dengan berbagai agenda. Diantaranya, Pramuka Santri, *lExpo Kemandirian Pesantren di Lapangan Merdeka, Halaqah Internasional di Macanang, hingga Gerakan Ekoteologi di pesantren.
Malam harinya, digelar Night Inspiration bersama Veve Zukfikar, Raim Laode, Arda Naff, dan Budi Doremi. Sedangkan Fajar Inspiration menghadirkan tokoh ulama seperti Prof Nasaruddin Umar, Prof Kamaruddin Amin, Prof Sayid Agil Husin Al-Munawar, dan KH Abdul Moqsith Ghazali seusai sholat Subuh berjamaah di Masjid Ummul Qurra.
Ajang ini menjadi tonggak sejarah, karena untuk pertama kalinya santri Indonesia berkompetisi membaca kitab kuning bersama delegasi internasional.
MQK Internasional menghadirkan 798 santri semifinalis dari seluruh Indonesia serta 20 peserta dari tujuh negara ASEAN. Thailand dan Filipina turut hadir sebagai observer.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah