Surabaya – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Gus Yahya Cholil Staquf menegaskan tidak akan mengundurkan diri meski muncul desakan dari Rais Aam PBNU untuk melepas jabatannya. Sikap itu ia sampaikan usai rapat koordinasi dengan sejumlah pimpinan wilayah NU di Surabaya, Minggu (23/11/2025) dini hari.
“Saya tidak pernah terpikir untuk mundur,” ujar Gus Yahya. Ia menambahkan, mandat Muktamar ke-34 di Lampung pada 2021 menugaskannya memimpin PBNU hingga 2026. “Masa khidmat saya lima tahun, dan saya siap menuntaskannya,” ujarnya.
Gus Yahya menyebut hingga kini belum menerima dokumen resmi apa pun terkait keputusan Syuriah, termasuk risalah rapat harian yang disebut-sebut meminta ia lengser. Ia juga meragukan keabsahan dokumen yang beredar. “Kalau tanda tangan manual, siapa saja bisa. Kita punya standar tanda tangan digital,” katanya.
Ia menegaskan struktur Syuriah tidak memiliki kewenangan memberhentikan ketua umum maupun pengurus tanfidziah. Karena itu, menurutnya langkah tersebut tidak sesuai mekanisme organisasi.
Menanggapi tudingan soal afiliasi internasional, Gus Yahya kembali menjelaskan kunjungannya ke Israel pada 2018. Ia mengakui pernah bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, namun menegaskan kunjungan itu untuk kepentingan perjuangan Palestina. “Para muktamirin tahu riwayat itu dan tetap memilih saya. Mereka paham konteksnya,” tuturnya.
Ia juga membantah keras isu dugaan aliran dana ratusan miliar. “Itu tidak berdasar. Jelas tidak ada buktinya,” tegasnya.
Gus Yahya mengaku telah bertemu jajaran Syuriah PBNU dan memaparkan penjelasan lengkap tentang berbagai isu yang beredar. Ia menyebut sejumlah pengurus Syuriah menyesalkan kegaduhan yang terlanjur terjadi karena minimnya informasi awal. “Setelah saya jelaskan secara utuh, mereka menyesal,” ujarnya.
Ia berharap upaya rekonsiliasi dapat segera dilakukan. “Dalam waktu dekat insya Allah akan ada pertemuan para kiai untuk mencari jalan yang maslahat,” tambahnya.
Gejolak internal PBNU bermula dari terbitnya surat Rais Aam PBNU Kiai Miftachul Akhyar yang meminta Gus Yahya mundur. Surat itu disebut merupakan hasil rapat harian Syuriah di Jakarta pada Kamis (20/11/2025). Dalam rapat itu, Syuriah menilai Gus Yahya melakukan tiga pelanggaran: mengundang narasumber yang dianggap terkait jaringan zionisme internasional, memberi ruang kepada pihak yang dinilai bertentangan dengan nilai Aswaja An-Nahdliyah, serta dugaan tata kelola keuangan yang dinilai berpotensi melanggar syariat.
Dari hasil musyawarah tiga pimpinan Syuriah, Gus Yahya diminta mengundurkan diri dalam tiga hari sejak menerima keputusan. Jika tidak, Syuriah menyatakan akan memberhentikannya dari jabatan ketua umum.
Menanggapi situasi tersebut, Gus Yahya menggalang dukungan. Ia mengumpulkan para pimpinan wilayah NU se-Indonesia di Surabaya pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari. Selain itu, ia juga menggelar Silaturahmi Alim Ulama di Kantor PBNU pada Minggu malam. Undangan kegiatan tersebut memuat 76 nama kiai dan tokoh NU, namun tidak mencantumkan Rais Aam Kiai Miftachul Akhyar maupun Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah