agama menjadi bencana
agama

Agama Kok Menjadi Sumber Konflik? Siapa yang Salah?

Bukan berlebihan jika dikatakan bahwa kelompok radikal terorisme merupakan anak kandung kekerasan. Oleh karena itu, kelompok ini akan tumbuh subur di tengah wilayah konflik. Hal ini bisa dilihat dari kondisi negara-negara yang penuh konflik, pasti kelompok radikal terorisme akan muncul dengan sendiri tanpa harus ‘ditanam’.

Karena radikal terorisme itu suka dan akan berkembang dengan pesat di wilayah konflik. Toh jika mereka mengepakkan sayap di wilayah yang damai, maka kelompok radikal terorisme itu pasti akan menebar berbagai propaganda untuk memecah-belah masyarakat.

Mengeksploitasi sentimen agama dijadikan sebagai salah satu senjata andalan mereka untuk menciptakan konflik massal. Agama, di tangan kelompok radikal terorisme, menjadi hal yang menakutkan karena mereka mengaburkan esensi agama, yakni memberi panduan nilai luhur, membentuk struktur sosial, budaya, ekonomi dan politik agar tercipta tatanan yang ideal serta aman.

Esensi agama yang begitu agung itu, dibelokkan oleh kelompok radikal terorisme menjadi sebuah alat untuk memecah-belah masyarakat. Memang, di tengah masyarakat, terutama masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, konflik dan integrasi, masing-masing mempunyai peluang  yang sama.

Dalam bahasa lain, baik konflik maupun integrasi (perekat sosial), keduanya berpotensi terjadi. Dan semua itu bergantung pada masyarakatnya dalam menyikapi perbedaan. Di sinilah, tarik-ulur antara kelompok radikal terorisme dan moderat terjadi.

Agama Menjadi Sumber Konflik?

Jika ada kalangan yang mengatakan bahwa agama itu sebagai sumber konflik, maka anggapan itu tentunya tidak berdasar alias tidak memiliki pijakan sama sekali. Sebab, agama itu merekatkan dan menertibkan kehidupan sosial (Syamsudin Abdullah, 1997).

Jika ternyata ada realitas bahwa agama menjadi sumber konflik, maka sejatinya bukan agama yang menjadi sumber konflik, tetapi pemeluk agama yang menjadi corong konflik. Fanatisme beragama merupakan bentuk dari ekspresi pemeluk agama yang salah sehingga apat menimbulkan konflik (lihat Budhy Munawar Rachman, 1999).

Mengeksploitasi sentimen agama dengan menukil ayat suci juga bagian dari rentetan pemeluk agama yang salah sehingga menimbulkan konflik berkepanjangan. Pranomo (1988) dalam Stereotip Etnik, Asimilasi dan Integrasi Sosial menyebutkan bahwa konflik sosial salah satunya disebabkan oleh perasaan curiga antara anggota masyarakat yang saling berinteraksi.

Sekali lagi, kelompok radikal terorisme, dengan mendompleng isu agama untuk mengerek sentimen beragama, hendak mengadu-domba dan menaruh rasa saling curiga antar sesama pemuluk beragama. Perasaan curiga ini puncaknya akan membuncah menjadi konflik dan tindak kekerasan. Di sinilah misi kelompok radikalis teroris bekerja.

Sejarah umat manusia menyebutkan, pertikaian atau konflik dapat dipastikan bahwa tidak pernah dapat membawa perdamaian dalam kehidupan. Selanjutnya, ketidakdamaian tidak pernah menghasilkan kesejahteraan bagi umat manusia, yang ada justru melahirkan kekacauan dan pertumpahan nyawa.

Agama Itu Menyatukan!

Agama dalam aspek ritual peribadatan dan sosialnya, memiliki peran dan fungsi yang signifikan, yakni mendorong terwujudnya solidaritas dan integrasi sosial (Yusuf Qardhawi). Lebih jauh lagi, M Ridwan Lubis menjelaskan dua fungsi utama agama:

Pertama, menjelaskan suatu cakrawala pandang tentang dunia yang tidak terjangkau oleh manusia yang bdapat melahirkan deprivasi yang bermakna. Selain itu, agama mengajarkan kepada umat manusia tentang kesadaran terhadap pandangan dunia yang pada akhirnya melahirkan etos kerja sebagai pengejawantahan balasan ideal yang akan diterima seseorang ketika di alam sesudah kebangkitan.

Kedua, agama sebagai sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal yang di luar jangkauannya. Dalam perspektif kedua ini, manusia menjadi satu kesepemahaman dan cita-cita sehingga mereka bisa bersatu dan saling bekerjasama dalam kebaikan yang telah disepakati bersama.

Maka dari itu, agama harus dijadikan sebagai salah satu perekat bangsa. Hal ini sangat mungkin. Selain karena merupakan misi agama itu sendiri, agama juga tidak mengenal batas wilayah, suku, etnis, golongan dan lain-lain. Nilai-nilai agama itu menyatukan:

Pertama, taqwa menjadi ukuran kemuliaan. Dalam suatu komunitas terdapat semacam tradisi bahwa golongan tertentu memiliki kemuliaan karena lahir dari keluarga ningrat dan sejenisnya.

Namun dalam agama, Islam misalnya, kedudukan seseorang diukur bukan karena ras, harta dan sejenisnya, melainkan karena ketaqwaannya. Sehingga dalam konteks ini, seluruh manusia sejatinya duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.

Kedua, agama mengutamakan kedamaian dan kemerdekaan. Tujuan agama adalah menghadirkan kedamaian dan kemerdekaan hakiki. Di utusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk mengahiri perpecahan dan peperangan yang sudah terjadi sejak berabad-abad lamanya.

Dalam konteks ke-Indonesiaan misalnya. Agama memainkan peranan penting dalam kemerdekaan bangsa ini karena penjajah menindas bangsa yang dijajah dan selalu menimbulkan ketakutan. Dalam bahasa Yusuf Qardhawi, bahwa persatuan dan perdamaian merupakan buah dari keimanan.

Sejarah telah mencatat bahwa orang-orang sebelum kita telah terpecah-belah dan berselisih serta berkonflik dalam masalah agama, kemudian mereka binasa. Oleh sebab itu, stop mengeksploitasi isu agama untuk memecah-belah masyarakat.

Isu agama akan kerap digunakan oleh kelompok radikal terorisme dalam rangka memecah-belah persatuan dan kerukunan. Oleh sebab itu, penting mewaspadai sejak dini narasi sentimen agama yang dimainkan kelompok radikal dengan tetap memegang teguh nilai-nilai persatuan dan kedamaian yang diajarkan dalam agama.

Bagikan Artikel ini:

About Muhammad Najib, S.Th.I., M.Ag

Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta, mahasiswa Program Magister Universitas PTIQ dan Mahasiswa Program Doktoral UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Check Also

ramadan

Tips Ramadan yang Berkualitas (2): Saatnya Investasi Akhirat!

Ramadan adalah bulan yang sangat spesial. Karena pada bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, sementara pintu …

ramadan

Tips Ramadan yang Berkualitas (1): Kurangi Rebahan, Perbanyak Amalan!

Sepertinya sudah menjadi pemandangan dan pemahaman umum bahwa bulan Ramadan, oleh sebagian orang, dijadikan alasan …