agama dan akal budi
agama dan akal budi

Agama Tidak Memusuhi Akal Budi dan Kemajuan

Agama sejatinya sejalan dengan akal budi dan kemajuan manusia. Perkembangan zaman dan dinamika kebutuhan manusia terus berjalan sementara agama sebagai pedoman universal tetap kokoh menjadi payung teduh bagi perjalanan manusia yang terus berubah.

Problemnya terkadang agama selalu dihadapkan secara dikotomik dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi manusia. Agama lantas dianggap menjadi benalu akal budi dan ilmu pengetahuan.

Dahulunya, pada zaman masa para nabi diturunkan ke bumi, perkembangan teknologi sejatinya telah ada. Kisah Nabi Nuh yang mampu membuat kapal sangat besar yang mampu menampung ribuan manusia dan juga hewan yang taat kepadanya ketika air bah melanda adalah pertanda bahwa teknologi adalah cara menerjemahkan wahyu dari Allah.

Dalam sejarahnya kapal ini memiliki ukuran yang cukup besar. Tentu tidak mudah membuat kapal besar yang tentunya mengharuskan perhitungan pondasi dan kekuatan terhadap muatan dan hantaman airbah yang akan membawa kapal tersebut berlayar. Nabi Nuh menerjemahkan wahyu tentang peringatan tersebut dengan cara teknologis.

Ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat Kapal karena ada musibah besar yang akan melanda, teknologi berperan besar dalam menerjemahkan seruan Tuhan tersebut. Membuat kapal adalah wahyu, tetapi cara membuat kapal adalah hasil akal budi dan teknologi manusia.

Apa yang ingin disampaikan penulis terkadang agak berlebihan jika agama sebagai seruan hukum dan moral menjadi penafsir teknologi. Namun, akan menjadi tragedi jika teknologi lepas dari misi kemanusiaan sebagaimana digarikan oleh agama.

Islam Mendorong Pemanfaatan Akal Budi

Dalam Islam, al-Quran sama sekali tidak mengekang umatnya untuk maju. Islam sangat mendukung kemajuan umatnya dalam hal pengetahuan dna teknologi. Wahyu pertama tentang membaca (iqra’) menjadi penanda betapa Islam adalah agama berorientasi pada pembacaan, pengamatan, pengkajian dan penelitian.

Walaupun terdapat doktrin kuat dalam al-Qur’an, Islam adalah agama yang dimulai dengan mendorong hambanya untuk membaca, melihat, mengamati dan meneliti sebelum bertindak. Pesan yang terus berulang dalam al-Qur’an yang bisa ditemui adalah semisal apakah kalian tidak berpikir (afala tatafakkarun).

Dalam al-Quran sendiri dijelaskan bahwa: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS. Ali-Imran: 190-191).

Ayat di atas menjelaskan bahwa banyak misteri yang ada di langit dan bumi yang kita sebagai manusia perlu mencari tahu tentang kebenarannya. Salah satunya dengan cara penelitian yang menjadi dasar ilmu pengetahuan dan yang nantinya akan terciptanya terknologi baru.

Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Alquran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan.

Keterbatasan pengetahuan bukan saja berarti ketiadaan ilmu, tetapi juga ketidakmampuan memilah dan mengamalkannya. Terkadang kita tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita tidak mampu membedakan mana yang harus lebih diutamakan dan mana yang tidak, membedakan mana keinginan dan mana keperluan.

Pandangan islam terhadap teknologi saat ini merupakan sebuah hal yang telah di perintahkan Allah, karena teknologi sebenarnya sudah ada pada mana Kenabian dan era-era sebelumnya. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mencari tahu semua kebenaran yang ada didunia ini sesuai dengan syariat Islam yang berlaku.

Dalam konteks itulah, sebenarnya Islam harus mampu memberikan kontribusi besar bagi kemajuan, bukan justru menjadi penghalang kemajuan peradaban. Islam harus bangkit bukan dengan selalu meneriakkan kekuasaan demi kekuasaan, tetapi dengan ilmu pengetahuan.

Dan terpenting bahwa Islam memberikan singgasana yang mulia terhadap orang yang mampu memanfaatkan akalnya dengan derajat tinggi. Pesan Qur’an: Katakanlah, apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. Sungguh yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az Zumar: 9).

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …