bully

Ajarkan kepada Anak, Bully itu Dosa dan Beginilah Cara Menyadarkan

Media kembali dihebohkan dengan perundungan atau bullying seorang pelajar oleh teman sekolahnya. Mirisnya, korban nampak tersenyum seolah pasrah dengan keadaan yang sudah sering menimpa dirinya.

Dalam video tersebut tampak korban berdiri dan tubuhnya diikat pada batang pohon. Tak hanya itu, seragam yang di kenakannya juga nampak compang-camping dan terlihat kotor penuh lumpur.

Video yang tersebar tersebut direkam oleh ibu-ibu yang tentu saja menjadi saksi dalam perundungan tersebut. Dalam video tersebut terlihat pengakuan korban yang memang hal tersebut sudah biasa ia terima dari teman-temannya.

Kasus bullying memang saat ini menjadi salah satu ancaman dan sudah sering marak terjadi, bukan hanya kepada sesama pelajar, namun di tempat kerja atau dimanapun bullying masih banyak kita jumpai. Salah satu contohnya cyberbullying yang banyak kita jumpai di sosial media seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya menjadi sarana perundungan untuk orang-orang yang dinilai bertingkah laku yang tak sesuai dengan norma masyarakat.

 

Anak-anak bisa menjadi korban, tetapi juga berposisi pelaku. Dalam kasus di atas anda bisa membayangkan jika hal itu juga terjadi pada anak-anak kita. Tekanan mental dan rasa malu akan terus membayangi. Dan bahayanya, tidakkah kita masih ingat beberapa anak-anak yang memilih bunuh diri akibat sering dibully.

 

Bahaya bully sudah pada tahap yang kritis. Perlu ada pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam terhadap anak tidak hanya menghukumi, tetapi memberikan pengertian yang tegas dan efektif. Salah satunya adalah pendekatan agama.

Islam dengan tegas melarang segala bentuk perundungan atau bullying apapun yang mendasarinya. Al-Quran misalnya sudah memotret perilaku orang-orang terdahulu yang selalu gemar membully.

 

Dalam Surat al-Hujurat ayat 11, Allah berfirman dengan tegas melarang bullying, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

perundungan biasanya bertujuan untuk menimbulkan perasaan malu bagi korbannya, dan pada akhirnya si korban akan merasa menjadi pecundang dalam lingkungannnya. Pelaku merasa puas dengan apa yang dilakukan seolah nampak lebih gagah dan terbaik. Tentu ini penyakit mental yang harus disembuhkan.

Dalam ayat di atas Allah mengajarkan kepada kita agar senantiasa mengintrospeksi diri lebih dulu sebelum menilai baik buruknya orang lain. Jangan pernah merasa baik. Perasaan selalu merasa baik akan cenderung memandang buruk orang lain. Perasaan menjadi lebih itulah yang mendorong seseorang merasa dirinya berhak menyakiti orang lain.

Bullying akan menjadi siklus kekerasan mental yang tiada ujung. Mereka yang pernah menjadi korban bisa jadi akan melampiaskan kepada yang lain untuk melakukan hal sama. Jika ada kesempatan mereka akan membully temannya tanpa mereka sadari. Jelas saya, perundungan sebenarnya terjadi karena kurang terjalinnya rasa persaudaraan di antara sesama.

Meniru Langkah Nabi dalam Menyadarkan

Lantas bagaimana cara mengatasi, jika kita terjebak dalam siklus bullying seperti itu?

Terpenting adalah mendidik sejak dini anak-anak agar memahami bahwa perilaku bullying sangat dilarang dalam agama. Bullying adalah dosa yang sejatinya sama seperti mencuri dan melakukan kekerasan terhadap yang lain.

Ajarkan dan tanamkan bahwa luka bullying akan mendalam bagi korban. Tirulah cara Nabi saat menyembuhkan seorang pemuda. Ketika seorang pemuda ingin melakukan zina Nabi hanya bertanya balik bagaimana jika ibumu, saudaramu, dan kerabat menjadi korban zina?

Hal yang sama harus kita tanyakan kepada anak-anak kita. Bagaimana jika korban bullying terjadi pada dirimu, saudaramu, dan kerabatmu? Sungguh nurani anak akan terketuk.

Perilaku bullying adalah memenuhi kepuasaan sesaat, namun tidak memikirkan dampak. Bagaimana jika dampak itu dikedepankan dan menghadirkan imajinasi jika korban bully adalah orang terdekat mereka?

Anak-anak perlu dididik dengan cara yang lebih masuk akal dan hati. Tidak hanya melarang, tetapi harus menumbuhkan empati dalam diri mereka. Bullying adalah perilaku yang bisa merusak mental dan tentu semua orang tidak akan mau menjadi korban bullying.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

konten sedekah

Sedekah untuk Membuat Konten, Bentuk Syiar atau Riya’?

Dalam Islam, sedekah merupakan sebuah amal ibadah yang sangat dianjurkan. Umat Muslim diajak untuk memberikan …

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …