iman ilmu amal
iman ilmu amal

Beriman, Berilmu dan Beramal

Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya. Sedangkan Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggrisscience adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

Sedangkan pengertian amal berasal dari bahasa Arab ( عَمَلَ ) berarti mengamalkan, berbuat, bekerja. Kata ini sering dipertukarkan dengan sedekah. Amal adalah perbuatan manusia, amal pada garis besarnya terbagi menjadi dua yaitu, amal lahiriyah dan amal batiniyah, amal lahiriyah yaitu perbuatan manuisa yang berhubungan dengan duniawi, sedangkan amal batiniyah adalah perbuatan-perbuatan manusia yang berhubungan dengan ukhrawi seperti berdzikir, shalat, puasa dan lain-lain.

Ilmu sangatlah penting untuk kita cari dan dapatkan, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan, dengan ilmu kita dapat mengarungi kehdupan dengan baik, dengan ilmu pula kita dapat mengamalkan untuk kemaslahatan masyarakat, sesuai dengan ilmu yang kita dapat. Oleh karena itu, Allah Swt memberikan wahyu yang pertama kepada Rasulullah Muhammad Saw  perintah untuk membaca, hal ini tertuang dalam Al Qur’an Surat Al ‘Alaq Ayat 1-5. Membaca ini memiliki tempat yang khusus dalam Al Qur’an, dengan membaca apa yang kita tidak tahu sebelumnya menjadi tahu, sehingga menjadi temuan, menghasilkan pengetahuan baru dan membangun peradaban yang maju.

Mencari ilmu merupakan bagian dari kewajiban, sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw, yang artinya: “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan” karena ilmu merupakan sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt, dengan ilmu perilaku akan terjaga dari perbuatan yang tidak disukai Allah Swt. Ilmu ibarat cahaya, menerangi hati pelakunya untuk senantisa berbuat kebaikan. Dalam Hadits lain juga menyebutkan yang artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Berilmu sebelum beramal, bukan beramal tapi tidak mengetahui ilmunya, jatuhnya adalah kesia-siaan. Imam Bukhari berkata “Ilmu itu dimiliki sebelum berkata dan beramal” mengandung maksud bahwa setiap orang harus memiliki ilmu sebelum mengatakan suatu ucapan dan melakukan suatu perbuatan. Oleh karena itu, segala perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan ini tentunya harus memiliki ilmu yang terkandung di dalamnya sebagai dasar untuk beramal, sehingga tidak terjerumus pada kesalahan dan dosa. Karena dengan ilmu yang telah dimiliki, kita menjadi terdidik dan terarah. Bahkan Allah Swt mengangkat derajat kepada orang-orang yang berilmu. Hal ini tertuang dalam Al Qur’an dalam Surat Al Mujadilah Ayat 11 yang artinya “Pasti Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti tentang yang kalian lakukan”.

Perlu dipahami bahwa amal yang diterima di sisi Allah Swt hanyalah dari orang-orang yang bertaqwa, karena ketaqwaan itu diperoleh dengan mempelajari ilmu. Banyaknya amal ibadah yang dilakukan tidaklah menjadi jaminan masuk surga, bahkan sebaliknya, dapat masuk neraka karena ditolak oleh Allah Swt,  sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surat Al-Ghasyiah: Ayat 1-4 yang artinya: “Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Banyak wajah pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (Neraka)”. Itu semua disebabkan karena dalam melakuakan pekerjaan tidak dilandasi oleh ilmu. Ilmu dan amal merupakan hal yang harus dijalankan secara selaras, jangan sampai sudah memiliki ilmu tapi tidak melakukan tindakan nyata yaitu beramal, maka ilmunya tidak sempurna, diibaratkan pohon buah, daunnya sangat lebat dan subur tapi tidak berbuah.

Akibat beramal tanpa ilmu, amalan yang tidak ada dalilnya, hanya membuat amalan tersebut tertolak dan sia-sia. Hal ini dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw dengan kisah dari Abu Burdah yang merupakan Paman dari Al Bara’ bin ‘Azib berkata, “Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum aku shalat Idul Adha.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari). Gambaran ini telah sangat jelas, bahwa akibat dari beramal tanpa tuntunan, tanpa dasar ilmu, amalan hanya berdasarkan amalan baik menurut diri sendiri yang pada akhirnya amalan tersebut tidak diterima sebagai amal ibadah.

Menumbuhkan semangat dalam mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan secara umum, semuanya harus bersinegi, dengan ilmu agama, kita akan menjalankan pekerjaan dengan lurus karena ada Allah Swt yang senantiasa mengawasi segala perbuatan kita, sedangkan ilmu pengetahuan juga sangat penting sebagai skill dalam menghadapi kehidupan, dengan keahlian tertentu kita akan dapat memecahkan persoalan, dengan keahlian yang didapat dari belajar, terutama terkait dengan kemaslahatan masyarakat.

Guna menunjang pendidikan yang lebih baik, fasilitas harus dipenuhi oleh negara, sebagai penyelenggara pendidikan secara nasional, fasilitas tersebuat adalah sarana prasarana, seperti gedung, laboratorium, dan sarana fisik yang lain guna mendukung belajar yang lebih nyaman dan tak kalah penting adalah guru yang profesional, karena guru sebagai pilar yang sangat penting dan utama, jika gurunya memiliki kualitas bagus, maka muridpun akan berkualitas. Itu semua perlu sinergisitas semua pihak yang peduli dengan pendidikan dan memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga pendidikan menjadi prioritas bagi bangsa ini untuk merubah peradaban yang lebih maju dan mensejahterakan ummat.

Bagikan Artikel ini:

About Mukharom

Dosen Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) dan Pengurus Masjid ak Hasyim Kota Semarang