pondok pesantren tebuireng di jombang jawa timur 121112194752 692

Cegah Kekerasan dan Bullying Sejak Dini, Pesantren Tebuireng Terapkan Keamanan Berjenjang

JAKARTA – Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang didirikan oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari telah berusia ratusan ratusan tahun dan merupakan salah satu pesantren tua di Jawa Timur yang telah melahirkan banyak ulama hingga profesional dibidangnya masing-masing. Pondok Pesantren Tebuireng turut prihatin atas berbagai kasus bullying hingga kekerasan yang terjadi di pesantren dan berharap tidak ada lagi kasus serupa di ponpes manapun.

Ponpes Tebuireng sebagai salah satu tujuan nyantri, sangat perduli terhadap persoalan bulliying dan kekerasan, oleh karenanya para pimpinan ponpes Tebuireng menerapkan sistem keamanan berjenjang terhadap santri untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dilansir dari laman republika.co.id Hal ini diterapkan demi keselamatan para santri, termasuk mencegah kekerasan yang akhir-akhir ini banyak menimpa santri di pesantren.

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng KH Fahmi Amrullah Hadziq yang akrab disapa Gups Fahmi turut prihatin dengan meninggalnya seorang santri di pondok pesantren Kediri yang dianiaya oleh seniornya.

Ketua PCNU Jombang ini mengatakan, setiap pesantren sebenarnya sudah punya SOP sendiri dalam tata tertib, menegakkan peraturan dan sebagainya. Hanya saja, kata dia, terkadang di waktu dan tempat tertentu memang tidak terkontrol. Akhirnya, santri tidak bisa diawasi oleh orang lain.

“Makanya, di Tebuireng ini keamanannya itu berlapis, jadi santri itu tidak boleh keluar pondok kecuali hanya untuk bersekolah. Kalau mau keluar pun harus izin dan selalu melawati pos-pos keamanan,” ujar Gus Fahmi kepada Republika.co.id, Rabu (6/3/2024).

Untuk mencegah perundungan dan kekerasan di pesantren, Gus Fahmi juga selalu mengingatkan kepada para santri dalam setiap pengajian agar tidak membuat geng di pesantren.

“Karena itu, saya sampaikan tidak ada geng di pondok. Yang ada hanya organisasi santri untuk kebaikan. Maka, kalau tetap ada indikasi itu saya akan keluarkan. Jadi lebih baik kita mengeluarkan satu dua anak untuk menyelamatkan ratusan anak,” ucap Gus Fahmi

Sebenarnya, tambah dia, yang nakal di pesantren itu cuma satu atau dua anak. Tapi, karena dia bisa mengajak yang lain, maka harus dilakukan pencegahan.

“Makanya sebelum itu menyebar saya warning, sehingga tidak sampai kejadian. Jadi gak ada geng di pondok. Yang tetap ada geng, mem-bully dan sebagainya bersiaplah, saya bilang gitu,” kata Gus Fahmi.

Selain itu, Pesantren Tebuireng juga sudah melakukan seleksi yang ketat terhadap calon santri. Biasanya yang dipertimbaggkan adalah akademiknya, IQ-nya, dan emosionalnya, serta mewswancarai orang tuanya.

“Misalnya ketika ada anak yang ketika ditanya orang tuanya bercerai itu ada catatan tersendiri. Karena biasanya mereka yang orang tuanya bermasalah biasanya nurun ke anak,” jelas Gus Fahmi.

Dia tidak terlalu berharap kepada Kementerian Agama untuk menyelesaikan kasus kekerasan di pesantren. Karena, menurut dia, sebenarnya ini masalah internal pesantren.

“Jadi kami ingin pesantren itu lebih konsen untuk memperhatikan keamanan dan kenyamanan santri ketika belajar itu. Jadi kalau ada indikasi segera selesaikan. Kalau negara itu kan punya BIN ya, nah di pesantren hendaknya gak usah nunggu masalah ini membesar apalagi sampai memakan korban,” kata Gus Fahmi.

“Jadi sebenarnya kalau masalah itu sudah sejak awal terdeteksi tidak sampailah kejadian seperti itu,” jelas dia.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

berbakti kepada orang tua

Khutbah Jumat : Birrul Waliadain

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ …

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …