sikap orang tua terhadap anak
sikap orang tua terhadap anak

Ketika Orang Tua Durhaka Kepada Anaknya

Selama ini yang lazim kita dengar adalah anak durhaka kepada orang tua. Sementara hampir tidak ada istilah orang tua durhaka kepada anaknya. Ternyata hal itu ada dan tidak mustahil ada pada diri kita sebagai orang tua, sebagai ayah atau ibu.

Tentu semua orang tua di dunia ini bercita-cita anaknya menjelma sebagai anak yang shalih dan shalihah. Anak yang taat kepada aturan agama dan perintah orang tua menjadi dambaan semua orang dan merupakan kebahagiaan tida taranya. Banyak ikhtiar yang dilakukan demi hal itu. Seperti mengirim anak ke pesantren dan lain-lain.

Tetapi, ada yang tidak disadari dan luput dari pengamatan kita sebagai orang tua bahwa anak durhaka berkelindan erat dengan sikap dan perbuatan orang tua, disadari atau tidak justru kedurhakaan orang tua kepada anak yang menciptakan kedurhakaan anak kepada orang tua.

Dalam satu riwayat masyhur diceritakan, seorang laki-laki menghadap Khalifah Umar bin Khattab mengadukan anaknya yang durhaka. Kemudian, Umar bin Khattab memanggil anak dari laki-laki tersebut dan menasehati serta mengingatkan keutamaan berbakti dan dosa durhaka serta dampak negatifnya dalam kehidupan.

Namun di luar sangkaan, anak yang durhaka tadi melontarkan pertanyaan: “Wahai Amirul Mukminin, tidak seorang anak mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya?, Tegasnya, apakah orang tua memiliki kewajiban terhadap anaknya”?

Umar bin Khattab menjawab: “Ya, tentu saja. Semua orang tua memiliki kewajiban terhadap anaknya yang harus ditunaikan. Diantaranya, memilih ibu yang baik untuk anak-anaknya, memberi nama yang baik, dan mengajarkan al Qur’an terhadap anak-anaknya”.

Anak itu kemudian berkata: “Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, tidak satu pun dari tiga hal itu yang ditunaikan oleh ayah kepadaku. Ibuku seorang budak Majusi, namaku Ja’lan (kumbang), dan aku tidak pernah diajarkan membaca al Qur’an walau satu huruf”.

Khalifah Umar bin Khattab kemudia menoleh kepada bapak anak tersebut, seraya berkata:

“Kenapa kamu datang mengadukan kedurhakaan anakmu, sementara dirimu telah berlaku durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Kamu telah berbuat buruk terhadapnya sebelum anakmu berbuat buruk kepadamu”.

Karenanya, sebagai orang tua kita harus introspeksi diri, menilai diri apakah telah memberikan contoh yang baik kepada anak-anak kita. Apabila anak kita durhaka maka kita curiga, jangan-jangan kita telah durhaka kepada anak kita.

Orang tua harus menunaikan kewajiban kepada anak, terutama mengenai pendidikan anak terutama menyangkut masalah-masalah fardhu ain seperti mengenal najis dan bersuci, tata cara shalat, menutup aurat, baca tulis al Qur’an, dan lain-lain. Termasuk yang penting adalah memberi nafkah dari rejeki yang halal.

Di samping itu, orang tua harus memberikan suri tauladan yang baik. Jangan pernah menyuruh anak berlaku baik sementara dirinya melakukan keburukan. Menyuruh anak shalat sementara dirinya tidak shalat, menyuruh anak ngaji tetapi dirinya tidak pernah membaca al Qur’an.

Ingatlah, pepatah Arab mengatakan: “Bagaimana bayangan bisa tegak lurus, sementara batang kayunya bengkok. Bukankah karakter yang terbentuk pada diri anak pada hakikatnya itulah yang ada pada diri orang tua?”.

 

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Pilihan politik

Islam dan Pentingnya Rekonsiliasi Elit Politik Pasca Pemilu

Pemilu baru saja usai digelar di republik ini. Secara umum pesta demokrasi lima tahunan tersebut …

amalan sebelum tidur

Tidur Berkualitas yang Tak Mengurangi Umur

Manusia butuh tidur untuk beristirahat setelah beraktifitas untuk menormalkan tubuh dan fungsi organ-organnya. Riset University …