khilafiyah
perbedaan

Semakin Memahami Islam, Semakin Menghormati Perbedaan

Harmoni, damai, dan nyaman dalam kebhinekaan adalah tujuan dari perbedaan yang ada pada manusia. Selain itu, juga merupakan tujuan dari penciptaan manusia yang sengaja dibuat beragam dan berbeda; agama, budaya, suku dan lainnya.

Islam adalah agama yang menjembatani kesenjangan dan membangun harmoni dalam masyarakat yang beragam sebagaimana termaktub dalam beberapa ayat al Qur’an dan hadits. Islam hadir sebagai perekat persatuan dalam kebhinekaan, dan tali sambung penyatu manusia dengan segala perbedaan yang melingkupinya.

Sejatinya hal tersebut menjadi cerminan sifat umat Islam. Kenyataannya tidak demikian. Masih saja ditemukan prilaku umat Islam yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Islam menyikapi keberagaman atau kebhinekaan. Hal ini sebagai akibat dari kurangnya pendalaman terhadap ajaran Islam.

Islam agama final yang paling benar, itu benar dan harus diyakini sepenuhnya. Tapi, kebenaran itu harus disampaikan sesuai tuntunan dalam Islam itu sendiri; disampaikan dengan baik, kasih sayang, tidak memaksa, dengan akhlak yang mulia dan seterusnya.

Dalil-dalil Kebhinekaan dalam Islam

Allah berfirman: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari jiwa yang satu, dan menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya dan memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”. (QS. an Nisa’: 1)

Pesan persaudaraan yang begitu mendalam tersirat dalam ayat di atas. Suatu pesan bahwa masyarakat multikultural terbentuk secara alamiah dan merupakan bagian dari kehendak Allah. Keberagaman agama, suku dan etnis akan terbentuk searah dengan perkembangbiakan manusia dari masa ke masa. Keanekaragaman tersebut harus dihargai dengan sepenuh hati. Karena, pada dasarnya seluruh umat manusia di muka bumi adalah bersaudara, karenanya persaudaraan harus selalu dijaga dan dihormati.

Dalam ayat yang lain ditegaskan: “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit kalian. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar Ruum: 22).

Mereka yang menyadari kepastian dari realitas heterogenitas atau kemajemukan merupakan tanda dirinya sebagai manusia yang berakal sempurna. Bahwa semua itu adalah sunnatullah, sebagai takdir yang memang diciptakan, bukan ada dengan sendirinya.

Demikian pula perbedaan agama dan keyakinan, semua itu telah digariskan oleh Allah. Umat Islam hanya diberi tugas sebagai penyampai kebenaran agama Islam, dan bukan penentu. Sehingga, memaksakan kebenaran pada orang atau pihak lain dilarang dalam agama Islam.

Al Qur’an mengatakan: “Dan jika Tuhanmu (Muhammad) menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka, apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman seluruhnya?”. (QS. Yunus: 99).

“Sesungguhnya, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al Qshash: 56).

Oleh karenanya, kebhinekaan sejatinya bukan sesuatu yang harus ditakuti, atau dapat mengancam eksistensi kita sebagai penganut agama Islam. Perbedaan dan keragaman merupakan keniscayaan. Yang dibutuhkan bukan kegelisahan dalam menyikapi perbedaan, tapi merawat perbedaan tersebut untuk menciptakan harmoni, persaudaraan dan persahabatan.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujurat: 13).

Inilah beberapa ayat al Qur’an terkait kebhinekaan. Oleh karenanya, umat Islam sejatinya memiliki sikap yang memandang perbedaan sebagai keniscayaan. Perbedaan tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan tindakan kekerasan, pemaksaan dan pembunuhan semata-mata karena perbedaan. Islam tidak mengajarkan hal tersebut, Islam mengajarkan supaya manusia selalu harmoni dalam perbedaan.

 

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

ulama nusantara

Di Tengah Banjir Klaim Bid’ah dan Pengkafiran, Pesan Abdullah bin Alawi Al Haddad : Jangan Hanya Diam, Tampakkan Ilmumu

Beberapa hari lalu KH. Syukron Makmun menyuarakan “tantangan terbuka” kepada kelompok Wahabi. Ihwal tantangan tersebut …

sayyidina dalam shalat

Shalat Tanpa Wudhu dan Tayammum

Dalam suatu kondisi tertentu seseorang tidak menemukan air untuk berwudhu, atau debu untuk tayammum ketika …