Ratusan guru ikuti Pelatihan Sekolah Damai di Ponpes Darussalam Blokagung
Ratusan guru ikuti Pelatihan Sekolah Damai di Ponpes Darussalam Blokagung

Di Ponpes Darussalam Blokagung, BNPT Ajak Guru di Banyuwangi Jadi Agen Perdamaian

Banyuwangi – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) mengajak para guru untuk menjadi agen aktif dalam membentengi masyarakat dan anak didik dari intoleransi, kekerasan, dan bullying. Pasalnya intoleransi dan kekerasan merupakan awal dari seseorang terpapar paham radikal terorisme.

Hal itu dikatakan Kasubdit WNI dan Kepentingan Nasional di Luar Negeri BNPT Kolonel Sus Drs. Solihuddin Nasution, MSi, saat membuka Pelatihan Guru dan Siswa Dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan Dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying di Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (15/5/2024).

Kegiatan ini adalah bagian dari pelaksanaan program “Sekolah Damai” sebagai salah satu program prioritas BNPT RI tahun 2024. Program ini adalah merupakan kolaborasi dari BNPT RI, Duta Damai Santri Regional Jatim, dan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung.

“Ini menjadi tugas dan kewajiban kita bersama untuk membentengi masyarakat dan generasi muda dari paparan intoleransi yang menjadi awal dari radikalisme dan teroirsme, kekerasan, dan bullying, Kolaborasi ini penting untuk meningkatkan imunitas atau resilience masyarakat, keluarga, dan generasi muda dari paparan paham radikal terorisme,” ujar Solihuddin Nasution.

Untuk itulah, lanjut Solnas panggilan karibnya, BNPT menggagas kegiatan “Sekolah Damai” ini berkolaborasi dengan Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri. Dan kegiatan di Ponpes Daerussalam Blokagung ini merupakan kegiatan ketiga “Sekolah Damai” setelah sebelumnya digelar di Palu Sulawesi Tengah, dan Serang Banteng.

“Pertama kami memberi prioritas kepada daerah yang banyak terorinya. Di Jatim ini ada 170 mantan teroris, belum lagi yang masih di penjara. Makanya Jatim salah satu sasaran kita, dan nanti akan ke daerah-daerah lainnya,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Kolonel Sus Solihuddin Nasution atas nama BNPT RI mengucapkan terima kasih kepada pengasuh Ponpes Darussalam Blokagung yang memberi fasilitas untuk kegiatan ini juga kepada seluruh guru-guru peserta kegiatan dari MA, SMA, di Banyuwangi.

Lebih lanjut, Solnas menambahkan bahwa kegiatan “Sekolah Damai” juga dalam rangka untuk menyatukan pandangan, visi, dan misi untuk menciptakan generasi muda yang terbebas dari radikalisme dan bullying yang marak di Indonesia. Ia berharap, dengan kegiatan ini, para guru baik di sekolah umum dan pesantren bisa menjadi agen-agen di masyarakat, terutama di lingkungan pendidikan, dari berbagai hal terkait radikalisme dan bullying.

Pada kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa BNPT adalah lembaga negara yang diamanahi untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan penanggulangan terorisme di Indonesia sesuai UU Nomor 5 Tahun 2018. Dari amanah itu, BNPT melakukan pendekatan pentahelix, melibatkan lembaga, kalangan akademi termasuk para guru yang hadir.

Ia melanjutkan, tahun 2023 lalu, Indonesia zero attack terrorism atau tanpa ada serangan teroris. Ini berkat upaya deteksi dini dan preventif aparat yang melakukan penangkapan bagi saudara-saudara yang akan melakukan amaliyah seperti pemboman.

Kemudian dari penelitan BNPT RI 2023, menyatakan bahwa di 34 Provinsi, indeks potensi radikalisme meningkat. Kemudian penelitan Insef, mengatakan awalnya orang menjadi intoleransi pasif yang kemudian menjadi intoleransi aktif. Dan ini banyak terjadi di kalangan the power emak-emak, remaja, dan anak-anak, yang memang rentan menjadi sasaran empuk radikalisme.

Dari data itu, jelas Solnas, BNPT RI tahun 2024 melaksanakan tujuh program prioritas untuk mengajak seluruh unsur masyarakat untuk bersama membentengi masyarakat dari paparan radikal terorisme. Salah satunya adalah perlindungan perempuan, remaja, dan anak-anak.

Ia juga mengajak para guru agar tidak menilai seseorang itu teroris dari aksesoris yang dikenakan. Seperti orang memakai cadar, berjenggot panjang, dan bercelana cingkarang itu seorang teroris.

“Jangan menilai orang bercadar itu teroris, jangan melihat orang berjenggot itu teroris, jangan juga melihat orang bercelana cingkrang itu teroris. Jadi teroris itu tidak ada keiatan dengan performance seseorang, karena teroris itu terkait pemikiran bukan pakaian,” jelasnya.

Ia mengakui memang pelaku terorisme di Indonesia selalu menggunakan simbol agama saat melakukan amaliyah yang membuat masyarakat percaya. Tapi sekarang ini teroris sudah tidak berjenggot dan celana cingkrang lagi, tapi pakai celana jeans dan jenggot klimis.

Selain itu, lanjut Solnas, para guru wajib paham dengan ciri-ciri orang terpapar radikal terorisme. Pertama ketika ada orang yang berpikiran ingin mengganti Pancasila dengan kitab suci. Kalau orang Islam mengganti dengan Alquran, Kristiani mengganti Injil, dan Hindu dengan Weda, dan sebagainya.

Ciri kedua ketika ada orang ingi menggantikan NKRI jadi khilafah. Ketiga intoleran. yaitu orang yang selalu menilai orang lain salah, suka bidah, mengkafirkan,dan tidak mau menerima kearifan lokal. Keempat menghalalkan kekerasan.

Selain Kolonel Sus Drs. Solihuddin Nasional MSi, kegiatan ini juga dihadiri Pengasuh Ponpes Darussalam Blokagung KH Ahmad HIsyam Syafaat, Wakil Pengasuh Ponpes Darussalam KH Ali Asyiqin, Ketua Yayasan Darussalam Blokagung KH Muhammad Hasyim Syafaat, Pengasuh Ponpes Putri Darussalam Blokagung Ny. Hj. Handariyatul Masruroh Syafaat,

dan Ibu Ketua Tim TEnaga Kependidikan Kantor Kemenag Prov Jatim Dr Arini Indah Nihayaty, MSi,. Sementara narasumber lainnya Direktur Damar Istitute M Suaib Tahir, Lc, MA, PhD, dan mantan napiter Abu Fida.

Wakil Pengasuh Ponpes Darussalam KH Ali Asyiqin sebagai tuan rumah menyambut baik digelarnya kegiatan ini. Ia juga berterima kasih kepada BNPT dan seluruh guru yang hadir. Ia yakin kegiatan ini akan memberikan sesuatu yang luar biasa dalam mendidik masyarakat dan anak didik dari intoleransi, kekerasan, dan bullying.

“Misi Sekolah Damai dengan Pelatihan Guru dan Siswa ini sangat mulia dan simpel untuk bersinergi karena semua pendidikan baik di pondok maupun umum. Karena semua pendidikan tujuannya adalah ubudiyah,” katanya.

Ia mengungkapkan seorang santri harus punya hati yang bersih dan niatan yang baik. “Bila qolbu atau hati sudah terpatri, insyah Allah misi kita akan tercapai yaitu menolak paham intoleransi, kekerasan, dan bullying,” urainya.

“semoga Ponpes Darussalam senantiasa barokah istiqomah. Semoga misi bapak ibu lanjut dan terhormat. Mudah-mudhan dari Ponpes Darussalam bisa memberi spirit untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang baldatun thoyyiban warobun ghofur,” pungkasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

084039400 1760199435 830 556

Pesan Habib Ja’far: Manfaatkan AI Sebagai Tools, Bukan Rujukan Utama Soal Persoalan Agama

JAKARTA — Perkembangan zaman tidak bisa dinapikan oleh masyarakat, termasuk perkembangan teknologi yang mempermudah keperluan, …

Bincang Jurnal

Perkuat Literasi dan Iman Untuk Bendung Penyebaran Radikalisme di Media Baru

Purwokerto — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan …