Jakarta – Krisis yang terjadi di Suriah khususnya daerah perbatasn Idlib kian hari makin mengerikan, peperangan antara pasukan pemerintah Suriah melawan pemberontak menjadikan daerah Idlib luluh lantak. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan turut campurnya Erdogan yang mengecam serangan Basar al Assad atas pemberontak di Idlib.
Mendapati pasukan Turki yang berada di Idlib, Assad kemudian meminta bantuan kepada Putin untuk melawan pasukan pemberontak dan pasukan Turki. Kontan saja Erdogan meminta bantuan Donald Trump sebagai sekutunya di NATO untuk melawan Assad dan Putin.
Turki sempat mengatakan tidak mau melakukan konfrontasi dengan Rusia, namun
dengan ketegangan yang kian meningkat di Idlib dan hadirnya pasukan Rusia membawa
kondisi kian memanas sehingga beberapa kali pihak Turki menyatakan pasukannya
tewas karena serangan militer Suriah yang didukung oleh Rusia.
Melihat situasi yang
terjadi, Trump kemudian berkomentar akan memberikan bantuan kepada Erdogan
dalam perang yang terjadi di Idlib, seperti dikutip dari laman
cnbcindonesia.com, Jumat (21/2).
Meski belum berkomentar
banyak soal ini, Menteri Pertahanan Rusia, Hulusi Ankar, mengatakan tak menutup
kemungkinan negerinya menerima rudal pertahanan AS, terutama untuk melindungi
pasukan Turki.
“Kami tidak memiliki niat untuk berhadapan dengan Rusia,” katanya
saat diwawancarai CNN Turk, sebagaimana dikutip AFP, Jumat (21/2/2020).
“(Namun) ada ancaman serangan udara, rudal, ke negeri kita (Turki) …
Mungkin (Turki) akan didukung Patriot (rudal buatan AS.”
Ia mengatakan pembelian Patriot untuk menopang militer Turki mungkin saja
dilakukan. Meski, negeri itu mendapat kecaman dari AS, karena sebelumnya sempat
membeli sistem pertahanan Rusia S-400.
“Kami adalah mitra dalam program ini,” katanya lagi merujuk program
jet tempur lain AS F-35, di mana Turki pernah di dalamnya sebelum akhirnya dikeluarkan
karena membeli senjata Rusia.
Sebagaimana dilansir darimissilethreat.csis.org, Patriot adalah sistem
pertahanan udara dan rudal utama angkatan darat AS. Ia dipakai dalam Perang
Teluk tahun 1991 lalu.
Kegunaan awalnya adalah untuk menangkal pesawat perang. Rudal Patriot diklaim
mampu menangkis rudal balistik taktis dan ancaman udara seperti pesawat dan
rudal jelajah.
Krisis Suriah sudah berlangsung sejak 2011 lalu. Meski di 2018, gencatan
senjata sudah dilakukan, namun Desember lalu bentrokan kembali pecah.
Makin agresifnya tentara Suriah dan Rusia di sejumlah markas pemberontak
membuat serangan ke tentara Turki tak terelakkan. Alhasil balas membalas
serangan dilakukan masing-masing kubu.
PBB menyatakan perang membuat 900 ribu warga mengungsi. Bahkan krisis ini
disebut paling mengerikan di dunia saat ini.
Selain itu, menurut pihak berwenang Suriah, sektor minyak dan gas sejak 2011
kehilangan sekitar US$ 74 miliar (Rp 1,014 triliun). Lebih lanjut PBB
memperkirakan biaya kerusakan keseluruhan hampir US$ 400 miliar (Rp 5,482
triliun).