Gus Ulil Duta Damai Santri
Gus Ulil Abshar Abdalla

Gus Ulil: Humanisme, Kemanusiaan, atau Menghormati Manusia Jalannya Lewat Menaati Perintah-Perintah Allah

Jakarta – Hakikat sifat manusia adalah membutuhkan kepada di luar dirinya. Manusia tak bisa mandiri seutuhnya. Dalam banyak hal manusia masih sangat bergantung dengan yang lainnya. Karena itu, seorang Muslim harus memiliki cara pandang bahwa humanisme, kemanusiaan atau menghormati manusia jalannya lewat menaati perintah-perintah Allah.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla saat mengisi Halaqah Tafsir Ramadan dengan tema Puasa dalam Tinjauan Agama-Agama, Rabu (27/3/2024). Ia kemudian menyoroti pandangan sebagian besar orang Eropa di abad 19, yang menyatakan bahwa manusia bisa merdeka bila terlepas dari agama atau Tuhan. Cara berpikir seperti ini menurutnya keliru tak bisa menjadi pegangan.

“Ilusi bahwa manusia itu hidup tanpa tuhan itu ilusi yang keliru, ilusi yang menipu tidak bisa terjadi. Karena sifat dari manusia adalah ihtiajun ilaa ghairihi, membutuhkan orang lain. Yang bisa mandiri sepenuhnya itu adalah Allah swt,” kata Gus Ulil dikutip dari laman NU Online.

Kedudukan manusia dalam Islam adalah hamba Allah swt. Sebagai hamba sudah semestinya tak bisa berdiri sendiri, ia selalu membutuhkan tuhan. “Karena kita ini adalah hamba Allah. Daripada menghamba kepada sesama manusia, kan lebih baik menghamba kepada Tuhan yang di atas manusia,” jelasnya.

Gus Ulil menambahkan, Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menyembah Allah swt. Bahkan Kesempurnaan manusia diwujudkan dengan kualitas kehambaannya kepada sang pencipta.

“Ini ajaran Nabi Muhammad saw, justru kalau kalian menyembah Allah swt, maka merdekalah sampeyan sebagai manusia. Jadi, kebalikan dari cara berpikir orang-orang Eropa abad ke-19 itu. Justru kalau Anda menyembah Allah, Anda akan merdeka Anda akan kuat,” ujarnya.

Di tengah-tengah masyarakat modern, Gus Ulil menyatakan telah bergulir sebuah pandangan yang hampir sama dengan cara berpikir orang-orang Eropa di zamannya. Cara pandang seperti tentu tidak boleh meracuni masyarakat Muslim saat ini.

“Karena itu, saya perlu menekankan ini kembali karena saat ini muncul kembali gagasan di tengah masyarakat modern bahwa kalau manusia mau merdeka bebaskanlah dari agama. Ada juga begitu sekarang,” terangnya.

Agama menurut Gus Ulil tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. “Kalau kalian membebaskan diri dari agama, alih-alih sampeyan mulia, malah justru sengsara,” ungkapnya. Agama mengajarkan banyak hal, termasuk menuntun bagaimana menjadi manusia yang selalu menghamba di hadapan Allah swt.

“Ubudiyah inilah yang akan mengangkat derajat manusia. Menusia yang menghamba kepada Allah akan menjadi manusia yang semanusia-manusianya,” jelasnya.

Jadi lanjut Gus Ulil, seyogyanya sebagai Muslim cara pandangnya adalah bahwa humanisme, kemanusiaan, atau menghormati manusia itu justru jalannya adalah lewat menaati perintah-perintah Allah.

“Itulah humanisme Islam. Makin menaati perintah-perintah Allah makin sempurna kemanusiaannya. Makin tidak menaati perintah-perintah Allah makin merosot kemanusiaannya,” jelas dia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …

emak emak viral maksa minta sedekah diamankan dinsos bogor 43

Viral Seorang Ibu Minta Sedekah Dengan Memaksa, Diduga ODGJ Hingga Dibawa ke RSMM Bogor

Bogor – Seorang ibu-ibu viral karena meminta dengan cara memaksa, ibu tersebut diketahui saat ini …