orang tua
orang tua

Haji dan Kisah Bakti Anak yang Bisa Meneteskan Air Mata Kita

Terdapat sebuah hadist yang cukup terkenal tentang bakti seorang anak kepada ibunya adalah sebuah keniscayaan, Hadist tersebut berbunyi, “Surga itu dibawah telapak kaki ibu.” (HR. Ahmad, an-Nasaai, Ibn Maajah dan al-Hakim).

Terdapat kisah menarik dan bagi pembaca akan meneteskan air mata ketika membayangkan pengorbanan seorang anak ini. Betapa hati kita sebagai anak akan terketuk tentang apa yang kita lakukan selama ini terhadap orang tua, terutama ibu belum ada apa-apanya.

Dialah seorang anak bernama Uwais Al-Qarni kepada sang ibu. Mungkin di masa kini tidak banyak orang yang tahu tentang Uwais Al-Qarni seorang tabiin yang terkenal pada zamannya tentang ketaatannya kepada orang tuanya.

Ia adalah seorang pemuda miskin asal Yaman yang tidak dikenal di bumi, namun terkenal di langit. Ia berasal dari Qabilah Murad tepatnya di Qarn. Qarn sendiri adalah bagian dari Murad.

Uwais Al-Qarni sangat dicintai Rasulullah SAW serta para penghuni langit. Dalam sebuah hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda kepada Umar bin Khatab, “Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit. Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian,”

Uwais Al-Qarni memiliki penyakit kulit yang membuat tubuhnya tubuhnya belang-belang. Ia memiliki seorang ibu yang sudah renta dan lumpuh. Uwais tak pernah lelah ataupun mengeluh untuk merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.

Namun terdapat satu permintaan yang sulit untuk ia kabulkan, yakni untuk membawa ibunya pergi berhaji ke tanah suci. Bagi seorang yang miskin seperti Uwais, menjalankan ibadah haji memang merupakan hal yang mustahil dilakukan, terlebih ibunya telah lumpuh.

Perjalanan ke Makkah bukanlah perjalanan yang singkat, ia harus melewati padang pasir yang luas, tandus, dan juga panas karena itulah orang-orang membawa serta unta untuk perjalanan dan perbekalan yang mereka bawa. namun permintaan ibunya tidak bisa hilang dari pikirannya, dan uwaispun berusaha mencari jalan keluar supaya ibunya dapat menjalankan ibadah haji.

Keesokan harinya Uwais membeli seeokar anak lembu yang kandangnya ia buat di puncak bukit. Setiap pagi Uwais bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Melihat kejadian tersebut, warga yang melihat tingkah laku Uwais menganggap dirinya telah gila karena menggendong anak lembu dari naik turun bukit.

Entah apa yang telah di rencanakan Uwais, tak seharipun terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Delapan bulan telah berlalu, lembu yang di beli uawais bertambah besar hingga mencapai 100 kg, begitu juga dengan masa otot Uwais yang makin membesar karena ia selalu membopong lembu tersebut dengan tangannya sendiri. Dari sinilah orang-orang memahami tentang apa yang telah dilakukan Uwais selama ini. Ternyata lembu yang senantiasa di gendongnya merupakan lahihan suapaya ia mampu menggendong ibunya sampai ke Makkah.

Uwais yang tidak memiliki seekor unta untuk kendaraannya menuju Makkah, memutuskan untuk menggendong ibunya berjalan kaki menuju Yaman ke Makkah. Alangkah besar pengorbanan dan usaha yang dilakukan Uwais kepada ibunya yang ingin menjalankan ibadah haji.

Impian sang ibu telah tercapai menapaki tanah suci. Tapi, tugas Uwais belum usai. Dengan kekuatannya, Uwais menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Karena berhasil sampai ke Makkah dan melihat Baitullah air mata ibunya bercucuran.

Di hadapan Ka’bah, Uwais melontarkan doanya. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawaku ke surga.”

Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Karena rasa baktinya dan ketulusan Uwais kepada ibunya, Allah pun memberikan karunia-Nya, seketika itu juga Uwais disembuhkan dari penyakit kulitnya dan hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya.

Hikmah dari disisakannya bulatan putih di tengkuk itu sebagai tanda bagi Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais. Umar dan Ali sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia mintalah doa untuk kamu berdua.”

Imam Nawawi berkata bahwasanya Uwais merupakan seorang yang menyembunyikan keadaan dirinya. Rahasia yang ia miliki cukup dirinya dan Allah yang mengetahuinya. Tidak ada sesuatu yang nampak pada orang-orang tentang dia. Itulah kemuliaan yang dimiliki oleh seseorang yang bijaksana yang dikasihi Allah.

 

Bagikan Artikel ini:

About Ernawati

Check Also

hari guru nasional

Guru, Ustadz dan Kiayi : Sebuah Perenungan di Hari Guru Nasional

Setiap tanggal 25 November, kita merayakan Hari Guru Nasional untuk menghormati peran dan kontribusi para …

hebron

Menelusuri Palestina : Jejak Para Nabi dan Pesan Kebersamaan

Palestina, merupakan tanah suci yang merangkum sejarah agama-agama besar, mengisahkan jejak para nabi yang menginspirasi. …