Haji mabrur
Haji

Haji dan Politik

Tidak ada ruang yang tidak bisa dimanfaatkan dan dijadikan momentum politik. Bagi para politisi momen, peristiwa dan tempat yang mampu menyedot perhatian publik adalah mangsa empuk untuk dipolitisasi. Bahkan terkadang peristiwa duka pun bisa ditunggangi aksi politisasi.

Agama memang memiliki ruang potensial yang rentan ditunggangi para politisi. Sifatnya yang sakral dan emosional menjadikan aktifitas dan ritual keagamaan menarik untuk digubah menjadi panggung politik. Ada kerumunan dan citra kesalehan yang akan didapatkan ketika politisi bertebaran di ruang keagamaan.

Tema kegamaan dan rangkaian ritual ditunggangi dengan pameran aksi politisi. Dalam Islam, dari ibadah shalat, puasa, zakat hingga haji pun tak luput dari cengkeraman aksi pencintraan. Bukan politisi, jika shalat, puasa, zakat dan haji tidak dipamerkan. Menampilkan diri seolah relijius di hadapan para konstitutennya.

Haji yang menjadi ritual tahunan umat Islam bisa jadi tidak luput dari radar pencitraan politik. Ritual yang menyedot perhatian umat ini diambil menjadi panggung pencitraan politik. Sebuah panggung untuk menampilkan diri sebagai orang shaleh, relijius dan taat beribadah.

Haji memang tidak pernah sepi dari cengkraman politik. Dari dahulu zaman kolonial, haji menjadi salah satu ibadah yang kerap mendapatkan perhatian pemerintah Hindia Belanda. Istilah gelar haji pun adalah bagian dari kebijakan Belanda untuk mengidentifikasi dan mengontrol umat yang sudah berhaji.

Haji juga pernah ditunggangi Pemerintah Hindia Belanda untuk menarik hati umat Islam. Pada masa-masa revolusi 1946-1948 ketika Belanda ingin mencengkram kembali nusantara, Belanda memberikan tawaran menggiurkan dengan mempermudah, memfasilitasi dan membantu umat Islam yang ingin pergi haji ke tanah suci.

Saat ini pun para politisi kerap tampil seolah membela rakyat dengan mengkritik kebijakan haji. Tingkah pola para politisi seolah menyerap aspirasi hanya dengan menimbulkan sensasi. Sejatinya tidak ada solusi, hanya mencari simpati.

Haji sebagai ibadah yang tidak hanya menuntut ketaatan, tetapi juga kemampuan finansial memang kerap menjadi ibadah mewah yang penuh dengan usaha. Wajar jika haji mendapatkan porsi di medan politik yang lebih besar.

Semoga para politisi kita semakin dewasa dalam berpolitik. Tidak lagi memanfaatkan haji sebagai ibadah yang tinggi sekedar pencitraan diri.

Semoga pelaksanaan haji yang terus dikerumuni ujian para politisi ini tetap menjadi sakral bagi umat Islam. Semoga para jamaah haji melaksanakan haji dengan sepenuh hati dengan ketaatan tingkat tinggi dan meraih ridho ilahi. Amin

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Eks Napiter di Batanghari lepas baiat dan ikrar setia NKRI

Lepas Baiat dan Ikrar Setia NKRI, Eks Napiter: Semoga Kami Istiqamah Jalankan Ajaran Islam yang Benar

Batanghari – Program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus …

Haedar Nashir

Ormas Keagamaan Harus Naik Kelas, Tidak Boleh Jadi Benalu Tapi Harus Mandiri

Yogyakarta – Organisasi sosial kemasyarakatan berbasis agama harus memiliki kesadaran untuk berubah naik kelas, tidak boleh …