Jakarta – Pengamat intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mengungkapkan ciri-ciri teroris adalah berkiblat pada Taliban dan berbicara dengan Bahasa Arab. Tak hanya Taliban dan bahasa Arab yang disebut sebagai ciri teroris, Susaningtyas juga menyebut tiga ciri lainnya, yaitu tidak hafal nama partai politik (parpol), tidak pasang foto presiden dan wakil presiden, serta tidak mau menghafal nama-nama menteri.
Pernyataan itu langsung disambut kontroversi. Setelah Ketua MUI KH Cholil Nafis menilai pernyataan itu menyesatkan, kini giliran Imam Besar Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali, ikut berkomentar.
Melalui akun Twitter @ShamsiAli2, ia mengunggah gambar berisi poin-poin tentang ciri-ciri radikal dan teroris yang disampaikan oleh pengamat intelijen tersebut. Shamsi Ali tampak geram dengan Susaningtyas. Ia mengaku malu dengan cara pandang seseorang yang disebut sebagai pengamat.
“Saya malu dengan cara pandang seorang yang disebut ‘pengamat’,” kata Shamsi Ali.
Menurut Shamsi Ali, hal itu lantaran pengamat tersebut tidak bisa melihat masalah secara luas, dan menanggapi permasalahan dengan cara yang bermutu.
“Tapi cara melihat masalah tak lebih dari anak jalanan. Sempit, pendek, tidak bermutu bahkan memalukan,” tuturnya.
Imam New York ini pun bertanya-tanya benarkah indikator radikalisme ukurannya itu adalah foto dan hafalan nama-nama tersebut di atas.