Paris – Serangan teror yang terjadi Prancis pasca penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW serta pernyataan Presiden Emmanuel Macron tentang ‘Islam kritis’ dan dukungan terhadap penerbitan itu, menimbulkan aksi berbeda dari dua kelompok militan ISIS dan Al-Qaeda.
Pendukung ISIS merayakan teror pembunuhan guru di Paris dan serangan di gereja Basilika Notre-Dame Nice. Mereka menyebarkan poster-poster bergambar mayat berlumuran darah. Sementara itu, Al-Qaeda menyerukan pendukungnya untuk berjihad melakukan pembalasan terhadap penerbitan kartun nabi oleh Charlie Hebdo.
“Serangan terbaru di Prancis sudah dirayakan secara besar-besaran di seluruh komunitas jihadis,” kata kelompok pemantau propaganda teror online, SITE Intelligence Group.
Direktur SITE Intelligence Group, Rita Katz, mengatakan bahwa para jihadis pendukung ISIS sedang merayakan apa yang mereka sebut “kebebasan bertindak”.
Menurutnya, para ekstremis yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda telah menangkap momen pemenggalan Samuel Paty awal bulan ini untuk memicu lebih banyak serangan terhadap Prancis. Paty adalah guru sejarah yang dipenggal pengungsi Chehchnya di pinggiran Paris pada 16 Oktober lalu setelah dia mempertontonkan kartun yang menghina Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas.
Katz mengatakan bahwa “prospek koordinasi” antara berbagai penyerang tampak semakin masuk akal, meski tidak dikonfirmasi.
Sementara itu, Al-Qaeda menerbitkan siaran pers yang menyerukan “jihad” atau “perang suci” atas kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.
“Perayaan besar-besaran di media sosial untuk terorisme, di mana para jihadis turun ke Twitter setelah pembunuhan terbaru,” kata Katz, seperti dikutip The Sun, Jumat (30/10/2020).
Pada Kamis kemarin, seorang wanita yang dipenggal termasuk di antara tiga orang yang dibunuh oleh seorang migran Tunisia dalam serangan pisau di gereja Notre-Dame Bacisilia di Nice. Serangan juga terjadii Avignon, namun tak ada laporan korban jiwa.
Sumber polisi menyebut tersangka dalam serangan di Nice bernama Brahim Aoussaoui, 21, pria asal Tunisia yang tiba di Eropa beberapa minggu lalu.