kota makkah

Islam dan Haji (2) : Praktek Haji Sebelum Islam

Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, Islam sebagai agama terakhir dan penyempurna ajaran para Nabi seringkali berhadapan dengan syariat yang telah ada sebelumnya. Dalam kasus itu, umat Islam ada yang diperintahkan untuk melanjutkan ajaran tersebut, ada pula ajaran yang telah dinasakh dengan syariat baru.

Haji merupakan salah satu ibadah yang praktek pelaksanaannya telah ada jauh sebelum Islam datang. Islam tetap merawat syariat ini dengan memodifikasi beberapa praktek ritual. Sekaligus Islam juga melakukan pemurnian dalam pelaksanaan ibadah haji ketika ia diselewengkan maknanya oleh praktek masyarakat jahiliyah.

Ibadah Haji pertama kali diperintahkan Allah kepada Nabi Ibrahim. Setelah diperintahkan untuk membangun Kabah bersama putranya, Ismail di Makah, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan kepada umatnya untuk melaksanakan ibadah haji.

Al-Quran merekam kisah perintah pelaksanaan haji kepada Nabi Ibrahim ini dalam Surat al-Hajj ayat 27 : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Ayat di atas ditujukan kepada Nabi Ibrahim dan diperintahkan untuk menyeru umat manusia agar melaksanakan haji. Dalam beberapa kisah, Malaikat Jibril mengajari Nabi Ibrahim tentang teknis pelaksanaan Haji dengan menunjukkan bukit shafa, marwah hingga perbatasan tanah haram. Sejak saat itu Nabi Ibrahim melaksanakan Haji sesuai yang diajarkan kepadanya setiap tahun hingga wafat. Ritual haji kemudian dilanjutkan oleh putranya, Nabi Ismail.

Pasca Nabi Ibrahim dan Ismail, seiring perjalanan waktu praktek ritual haji mengalami perubahan terutama dalam hal tujuan penyembahan. Kakbah sebagai bangunan suci menjadi lahan bagi penyembahan berhala yang menghiasi di sekeliling bangunan sakral tersebut. Kakbah sebagai tempat sakral menandai pengangungan terhadap Allah yang Esa menjadi tempat kemusyrikan yang dilakukan Arab jahiliyah.

Tidak hanya persoalan tujuan pengagungan terhadap Allah yang sudah melenceng, praktek ritual haji berubah menjadi suasana pasar dengan keriuhan perlomban syair-syair yang membanggakan suku masing-masing. Bahkan dalam pelaksanaan thawaf orang Arab jahiliyah melakukannya secara telanjang dan membedakan kelas manusia. Mereka yang mempunyai status yang tinggi diberikan pakaian, sementara rakyat jelata bertelanjang mengitari bangunan kakbah. Tidak hanya itu, ritual kurban juga dilaksanakan masa itu. Namun, darah hasil penyembelihan hewan kurban disiramkan ke bangunan Kakbah.

Di masa pra Islam, jamaah haji memang telah berdatangan dari berbagai penjuru jazirah Arab, bahkan dari bangsa lain seperti India, Persia, Shabiah dan Sebagian orang Yahudi. Pada masa itu, perayaan Haji bukan hanya bermakna ritual keagamaan semata, tetapi sebagai pasar besar praktek ekonomi pada masanya. Makkah menjadi pusat perdagangan yang sangat luar biasa.

Artinya, lebih dari 2000 tahun sejak Ibrahim menancapkan ajaran Tauhid di kota suci tersebut, keadaan Makkah telah jauh melenceng dan berkubang dengan berhalaisme. Tidak hanya itu, struktur sosial yang tidak kondusif dengan nuansa diskriminasi, sukuisme yang mendorong konflik dan perang serta penghambaan materialisme telah menutup batin masyarakat Arab.

Hingga pada akhirnya, lahirlah seorang anak dari suku Quraisy yang membawa berita gembira dan perubahan fundamental dalam masyarakat Arab. Dialah Sang Nabi Agung Muhammad. Islam tidak membawa agama baru, tetapi mengembalikan fitrah ajaran Allah yang dibawa Nabi sebelumnya. Begitu pula dalam mengembalikan makna ritual haji.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Eks Napiter di Batanghari lepas baiat dan ikrar setia NKRI

Lepas Baiat dan Ikrar Setia NKRI, Eks Napiter: Semoga Kami Istiqamah Jalankan Ajaran Islam yang Benar

Batanghari – Program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus …

Haedar Nashir

Ormas Keagamaan Harus Naik Kelas, Tidak Boleh Jadi Benalu Tapi Harus Mandiri

Yogyakarta – Organisasi sosial kemasyarakatan berbasis agama harus memiliki kesadaran untuk berubah naik kelas, tidak boleh …