NU dan Muhammadiyah

NU dan Muhammadiyah Ingin Kepemimpinan Kedepan Utamakan Etika dan Moral

Jakarta – Dua Ormas Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sepakat mendorong kepemimpinan moral dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2023. Hal itu tercetus pada pertemuan antara Ketua Umum (Ketua Umum) PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Ketum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof H Haedar Nashir ke kantor PBNU Jakarta, Kamis (25/5/2023) lalu.

Katib Syuriyah PBNU KH M. Afifudin Dimyathi atau Gus Awis menjelaskan bahwa kepemimpinan moral dalam konteks kontestasi politik adalah kepemimpinan yang mengutamakan etika dan moral politik dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang luhur dan beradab.

“Ini sangat penting bahkan paling penting yang harus dimiliki calon pemimpin Indonesia, karena ini semacam jaminan awal bahwa ia akan berjuang mempertahankan keutuhan bangsa dan tak akan memanfaatkan kepemimpinannya untuk kepentingan golongan,” ungkap Gus Awis dikutip dari NU Online, Sabtu (3/6/2023).

Gus Awis menegaskan bahwa para pemimpin Indonesia tidak hanya di kalangan eksekutif, tetapi juga legislatif dan yudikatif, juga gubernur, bupati/walikota, camat, kepada desa/lurah, hingga ketua RT. Sebab itu, dalam mewujudkan kepemimpinan moral tersebut.

Menurutnya, perlu dukungan dan keterlibatan seluruh masyarakat. Karena pemimpin pada hakikatnya adalah cerminan rakyat. “Makanya ini (kepemimpinan moral) dimulai dari kesadaran masyarakat,” jelasnya.

Meski tidak mudah, lanjut Gus Awis, tapi ikhtiar bersama dalam memupuk kesadaran akan pentingnya kepemimpinan moral harus terus dilakukan. Pasalnya, pesta demokrasi yang akan diselenggarakan sesungguhnya bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bangsa jangka panjang.

Di samping itu, kata Gus Awis, masyarakat juga hendaknya menjauhi narasi-narasi politik identitas dan narasi-narasi kebencian kepada lawan politik, sehingga pesta ini bisa diselenggarakan dengan riang gembira, elegan dan bermartabat.

“Dengan begitu, pasti kepemimpinan yang dihasilkan pesta demokrasi yang demikian lebih bermoral,” ucap pengasuh Asrama Hidayatul Qur’an Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang, Jawa Timur ini.

Lebih jauh ia menyampaikan bahwa pemimpin yang bermoral pasti akan berjalan dalam arah yang telah digariskan oleh para pendiri bangsa ini.

“Harapan kita tentu saja, ini mampu mewujudkan keharmonisan dan kemakmuran serta mendapat kemudahan dari Allah swt dan mendapat dukungan segenap elemen rakyat. Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur,” tuturnya.

Ia mengajak kepada segenap elemen NU dan masyarakat pada umumnya untuk melewati pesta demokrasi tahun 2024 nanti dengan riang gembira, tanpa melibatkan emosi yang berlebihan.

“Insyaallah ketenangan kita dalam menghadapi tahun politik mendatang akan memudahkan kita memilih pemimpin yang bijaksana dan bermoral sebagaimana kita inginkan bersama,” tandasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Haji mabrur

Dewan Ulama Saudi Nyatakan Haji Tanpa Izin Dosa, Kemenag: Hanya Visa Haji yang Dibolehkan

Jakarta – Dewan Ulama Senior Arab Saudi menyatakan ibadah haji tanpa izin tidak diperbolehkan dan …

Relijius copy

Indonesia Menempati Negara Paling Relijius Sejagad

Jakarta – Indonesia adalah negera mayoritas beragama Islam. Sepertiga dari kurang lebih 270 juta penduduk …