kota makkah

Islam dan Haji (3) : Islam Mengembalikan Makna dan Tujuan Haji

Sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, praktek yang haji yang dimulai pada masa Nabi Ibrahim mengalami distorsi baik dalam aspek ritual maupun pemaknaannya. Masyarakat jahiliyah Qurays telah melenceng jauh dari warisan ajaran Ibrahim. Keadaan berlangsung lama hingga datanglah Nabi terakhir dengan membawa risalah Islam.

Kedatangan Islam sebenarnya juga menjadi jawaban Allah terhadap permohonan doa Ibrahim. Doa Nabi Ibrahim terekam dalam Al-Quran : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” [QS.Al-Baqarah:129].

Nabi Muhammad lahir di kota tempat Nabi Ibrahim diperintahkan Allah membangun Kakbah dan melaksanakan haji. Namun, kondisi Makkah telah berubah jauh setelah wafatnya Ibrahim dan Ismail. Makkah menjadi pusat pasar kesesatan yang berisi pemujaan terhadap berhala dan materi.

Hanya sedikit dari masyarakat Makkah yang memegang teguh warisan agama hanif yang pernah dibawa Nabi Ibrahim. Selebihnya, kondisi Makkah dihiasi oleh praktek spiritual yang melenceng dan kondisi sosial yang diskriminatif. Haji menjadi pesta tahunan pemujaan berhala dan pusat transaksi lintas suku dan negara.

Setelah Islam datang, Haji dikembalikan kembali kepada pemaknaan ibadah untuk Allah, bukan untuk pemujaan berhala sebagaimana praktek masyarakat jahiliyah. Manusia yang butuh Allah. Allah tidak butuh sedikitpun sembahan manusia dan persembahan daging-daging kurban sebagaimana dipraktekkan masyarakat jahiliyah kepada bangunan Kakbah saat itu.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Al-Hajj :37].

Kakbah kembali menjadi tempat sakral. Berhala di sekitarnya dihancurkan. Dan ritual haji pada masa Nabi Ibrahim dikembalikan. Haji menjadi ibadah yang menunjukkan ketersambungan ajaran Islam dengan para Nabi terdahulu khususnya Ibrahim.

Dampak dari tujuan ini, kesamaan dan kesetaraan manusia di sisi Allah. Tidak perbedaan kelas sosial dan ekonomi. Dalam haji semua menjadi setara mesikpun datang dari berbagai belahan dunia.  Tidak ada yang telanjang. Semua berbaju ihram dalam balutan yang sama berwarna putih.

Ritual palsu yang menyesatkan dengan melontarkan puisi saat berada di dekat Kakbah telah dihapus. Hanya ada lantunan memuji keagungan Tuhan saat mengitari Kakbah yang dikenal dengan ibadah thawaf.

Islam telah menempatkan haji sebagai salah satu pilar penting dalam rukun Islam. Haji merupakan kewajiban seluruh umat Islam dengan syarat mampu. Memang terdapat perbedaan Ulama kapan pertama kali Islam mewajibkan Haji. Pendapat yang muncul haji diwajibkan pada tahun 6 Hijriyah. Ada pula yang mengatakan tahun 9 hijriyah.

Dalam sejarahnya, Rasulullah haji melaksanakan haji satu kali. Pada tahun 10 Hijriyah, Rasulullah mengumumkan akan berhaji. Banyak umat Islam datang ke Madinah untuk menyertai perjalanan haji beliau. Itulah haji pertama dan terakhir Nabi yang dikenal dengan Haji perpisahan (wada’). 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Deklarasi Formula Santri

Formula Santri, Ruang Silaturahmi Ulama dan Santri untuk Mencerahkan Bangsa

Jakarta — Dalam semangat memperingati Hari Santri Nasional 2025, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-13, Prof. …

Dr Trubus Rahardiansyah

Perkuat Edukasi, Transparansi, dan Kualitas Gizi di Garis Depan dalam Pelaksanaan Program MBG

Jakarta — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah strategis …