Di zaman keemasan itu, saat Islam berada pada puncak gemilangnya, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun, perguruan tinggi. Sementara negara-negara di Eropa mengalami era kegelapan. Negara-negara Islam menjadi pusat studi dunia.
Dalam rekam jejak sejarah, Islam pernah mengalami masa keemasannya dan berlangsung cukup lama. Bermodal penguasaan terhadap berbagai disiplin ilmu, para intelektual muslim menancapkan bendera keagungan agama Islam. Islam benar-benar menjelma sebagai agama yang ‘ya’lu wala yu’la ‘alaih’.
Islam dengan peradabannya mengambil posisi strategis untuk kemajuan dunia. Para cendikiawan muslim memainkan peran luar biasa terhadap kemajuan diberbagai lini kehidupan. Namun, itu dulu, sekarang hilang.
Akan tetapi tentu mayoritas umat Islam menginginkannya kembali. Untuk itu harus segera dimulai supaya tidak selalu terjebak pada pertikaian furu’iyyah yang tak berujung. Saling menyalahkan, apalagi sampai pada tingkat pembinasaan melalui tindak kekerasan.
Dengan cara bagaimana?. Bukankah pepatah Cina bilang, langkah seribu dimulai dari ayunan pertama. Menilik cara dan upaya umat terdahulu membangun peradaban yang maju dimulai dengan penguasaan berbagai disiplin ilmu, maka ayunan pertama yang saat ini perlu diupayakan adalah belajar dan menguasai ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail beliau. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan.
Semua cabang ilmu pengetahuan didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam saat itu. Dimulai Makkah, lalu Madinah, kemudian Damaskus, Bagdad, Cordova dan negara-negara lainnya. Saat itulah era kecemerlangan Islam, zaman keemasan Islam, berlangsung dalam kurun waktu yangcukup lama, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran.
Di zaman keemasan itu, saat Islam berada pada puncak gemilangnya, negara-negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun, perguruan tinggi. Sementara negara-negara di Eropa mengalami era kegelapan. Negara-negara Islam menjadi pusat studi dunia.
Berbondong-bondong pelajar dari belahan dunia yang lain datang untuk belajar. Tetapi setelah itu, setelah masa keemasan lewat, khazanah Intelektual Islam menjadi buram suram. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara- negara Islam. Mengembalikan jantung peradaban Islam pada masa jayanya.
Kekuatan Ilmu Pondasi Peradaban
Anjuran menuntut ilmu, seperti dipahami dari hadis Nabi tidak mengenal waktu, dan jenis kelamin. Di mana saja dan kapan saja. Tidak ada batasan umur. Baik pria maupun wanita masing-masing punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah, sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan.
Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Lebih istimewa lagi, apresiasi syahid diberikan kepada mereka yang menjemput maut saat menuntut ilmu. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena hanya dengan ilmu seseorang bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar dan sempurna.
Imam Ja’far al-Shâdiq pernah berkata: ”Aku sangat senang dan sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas- malasan untuk menuntut ilmu agama.”
Allah mempertegas anjuran Rasulullah dalam surat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Ayat yang pertama kali turun dalam al Qur’an dimulai dari kata “bacalah”. Dan jika diurutkan dari lima ayat awal itu maka kita akan dapatkan kata ‘bacalah’, ‘mengajar’ dan ‘kalam’. Dari sini bisa ditarik kesimpulan, betapa pentingnya membaca, belajar, menulis dan mengajar. Sehingga Nabi Muhammad mewajibkan kepada tiap muslim pria dan wanita untuk memperoleh pengetahuan.
Sampai dalam sebuah hadits beliau menyuruh umatnya menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Dalam hadits lainnya disebutkan bahwa mencari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bisa menjadi penebus dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Masih dalam soal pentingnya menuntut ilmu, Allah memerintahkan kepada umatnya di dalam al-Qur’an untuk berdoa: “…Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” Doa ini cukup populer dikalangan umat Islam selama berabad-abad dan bahkan anak-anak kecil dari keluarga muslim sudah menghafalkan dan membaca doa ini.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan itu dikarenakan Allah swt memberikan akal pikiran serta pengetahuan kepada manusia. Karena akal pikiran serta pengetahuanlah yang membuat manusia lebih utama dibanding malaikat. Allah mengajarkan kepada Nabi Adam AS nama-nama benda lalu kemudian mengemukakannya kepada para malaikat.
Hikmah atau ilmu adalah harta yang sangat berharga dan kekayaan yang tiada habisnya. Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al- Quran dan al-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Islam begitu menekankan betapa pentingnya pendidikan. Allah berfirman: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Ajaran dan himbauan akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam, semestinya menjadi cambuk penyemangat bagi umat Islam yang sedang bergairah membangun kejayaan Islam. Mengembalikan kejayaan Islam bukan dengan kekuasaan yang mudah terseret kepentingan politik. Islam adalah peradaban yang dibangun dengan dasar “iqra” atau ilmu pengetahuan.