Prof Quraish Shihab saat diwawancara putrinya Najeela Shihab
Prof Quraish Shihab saat diwawancara putrinya Najeela Shihab

Jangan Kaitkan Sepak Bola Dengan Sentimen Agama

JakartaPiala Dunia 2022 Qatar sudah memasuki fase akhir. Empat negara sudah memastikan diri maju ke babak semifinal yaitu Argentina, Maroko, Kroasia, dan Prancis. Maroko menjadi negara yang paling mengejutkan dengan keberhasilan menyingkirkan Portugal 1-0 di babak perempat final.

Tidak hanya persaingan antara pemain bintang dan negara-negara unggulan, di Piala Dunia 2022 juga banyak dikaitkan dengan sentimen agama. Contohnya, kegagalan Jerman yang gugur di babak pertama, akibat mereka mendukung LGBT. Kemudian kemenangan Arab Saudi atas Argentina 2-1 di laga perdana, juga dikaitkan dengan langkah pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang tengah menghapus Wahabisme.

Ulama dan cendekiawan muslim, Prof Quraish Shihab menegaskan bahwa tidak ada kaitannya sama sekali antara sepak bola dengan sentimen agama. Hal itu diungkapkan melalui sebuah video bersama putrinya, Najeela Shihab, yang diunggah di akun Instagram @najeelashihab pada Kamis (8/12/2022).

Ia juga mendapatkan kiriman Suara Al-Azhar yang isinya mengecam mengapa orang mengaitkan hasil sepak bola dengan sentimen agama. Ia mencontohkan Arab Saudi yang berhasil menang melawan Argentina.

“Itu karena Saudi, Pemerintah Saudi berhasil menyampingkan, menghentikan ajaran Wahabi. Ini tidak ada kaitannya,” kata Prof Quraish yang sedang mengenakan kaos Brasil dikutip dari Nu Online.

Menanggapi itu, Najeela juga mengajukan contoh Jerman yang kalah dianggap karena sebagian pemainnya mendukung LGBT. Menurut Quraish, hal tersebut tidaklah tepat. Sebab, ia menegaskan bahwa sepak bola merupakan permainan yang ada ilmunya tersendiri dan bisa dipelajari.

“Tidak harus berkata demikian karena pada dasarnya permainan bola itu sekarang adalah ilmu,” ujarnya.

Dalam sebuah strategi permainan, lawan dapat mempelajari dan mengamati titik kelemahannya sehingga dibuatlah taktik yang sekiranya mampu menembusnya. “Ada kelemahannya ada taktik,” kata ulama yang pernah menjabat sebagai menteri agama itu.

Tidak hanya strategi, tetapi permainan itu juga ditopang oleh semangat dan kerja sama seluruh unsur dalam timnya.

Memang, kata Quraish, ada kemujuran yang mungkin terwujud. Ada doa untuk kemenangan tim juga wajar. Namun, ia mengingatkan agar tidak semuanya dihubung-hubungkan dengan agama.

Ketika Maroko menang, ada yang membuat video-video yang seakan-akan ada yang baca surat Yasin, shalawat, dan lain-lain. Menurutnya, itu wajar saja sebagai selingan, tapi angan dijadikan dasar.

Intinya, Prof Quraish meminta agar mendudukkan sepak bola dan agama dalam porsi yang wajar. “Kalau menang kita bersyukur wajar. Kalau menggolkan sujud syukur sebagai tanda kesyukuran. Tapi bukan itu yang satu-satunya atau bukan faktor itu yang terpenting dalam kemenangan,” katanya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Mensos di Pontianak

Ketika Doa Menyatukan Hati: Gus Ipul Temukan Makna Toleransi di Sekolah Rakyat Pontianak

Pontianak — Di tengah riuh suara anak-anak yang sedang makan siang, suasana hening seketika menyelimuti …

KH M Hilmi Assidiqi

Jihad Kebangsaan Santri: Bangun Bangsa Sesuai Kemampuan untuk Wujudkan Cita-cita Luhur Berdasarkan Pancasila

Jakarta — Perjuangan santri tidak hanya berkutat pada spiritualitas, tetapi juga pada semangat kebangsaan. Ranah …