mengejar ambisi
sombong

Jangan Terlalu Mengejar Ambisi Pribadi! Ini Alasannya!

Berjuang dalam ketaatan kepada kehendak Allah SWT dan tidak mengejar kepada ambisi pribadi merupakan wujud keimanan yang murni. Seorang mukmin yang menyadari baha semua kenikmatan yang dirasakan didapatkan adalah kehendak Allah dan selalu berperilaku sesuai apa yang Allah perintahkan maka tidak akan mengejar ambisi pribadi ketika sedang berjuang di jalan Allah SWT.

Mengabil keuntungan pribadi dari pengorbanan orang lain ketika berjuang di jalan Allah tidak akan menambah keimanan seseorang. Dengan begitu, seseorang yang meyakini Allah dan adanya hari akhir tidak akan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi.

Anjuran Al-Qur’an Untuk Tidak Mengambil Keuntungan Pribadi

Al-Qur’an tidak henti-hentinya mengingatkan seluruh orang mukmin untuk tidak mengambil keuntungan pribadi dalam menunaikan kewajiban kepada Allah SWT. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang mejelaskan sifat terpuji para rasul yang tidak pernah menanyakan balasan dunia yang akan mereka peroleh dalam menjalankan tugas mereka dalam menyampaikan risalah Allah SWT. Ayat-ayat tersebut terdiri dari surah Hud: 50-51, al-Furqon: 57, dan surah asy-Syuara: 106-109.

Mengulas sedikit kisah para rasul dalam berjuang dan berdakwah tidak henti-hentinya kepada para kaumnya, jarang sekali mereka mendapat pujian bahkan diabaikan dan ditentang dengan segala cara. Meski demikian seluruh kaum tersebut yang mendapat kerugian dari penolakan dan pertentangan yang mereka lakukan. Dalam konteks al-Qur’an, keberhasilan bukanlah mengacu terhadap apa yang manusia lakukan melainkan mendapat  ridho Allah SWT adalah tujuan dalam kehidupan yang berhasil. Siapa pun yang mengejar ridho Allah SWT pasti akan beribadah denga khusuk.

Tentu orang mukmin sangat lah paham bahwa dunia ini tidak hanya menggiurkan tetapi memperdaya juga. Dengan demikian orang-orang mukmin yang mengejar ridho Allah tidak akan mudah tergiur dega kemewahan yang dunia tawarkan kepadanya hal tersebut sesuai dengan gambaran Allah SWT dalam surah al-Kahfi ayat 28 yang berbunyi:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

Carilah Ridho Allah

Terdapat banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menekankan betapa pentingnya mencari ridho Allah SWT. Ayat-ayat tersebut terdiri dari surah ali Imran: 162, an-Nisa: 114, al-ma’idah: 16, at-Taubah: 72, dan surah ar-Ra’du: 22. Jadi tujuan utama orang mukmin adalah meraih ridho Allah dan masuk ke dalam surgaNya. Oleh karena itu, ketika menebutkan orang mukmin Allah berfirman dalam surah Shad:46 yang berbunyi:

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”

Dan dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman, dalam surah Ali Imran:14 yang berbunyi:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Ayat ini menjelaskan bahwa dunia hanyalah tempat untuk bernaung yang menyajikan kenikmatan yang sementara, dengan gambaran tersebut maka jelaslah sudah bahwa kenikatan akhirat tidak terbanding dengan kenikmatan dunia. Allah SWT mengingatkan juga agar orang mukmin mengindari sifat-sifat seperti  yang disebutkan dalam surah al-Jumu’ah:11, yang berbunyi:

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”

Bagikan Artikel ini:

About Ainun Helty

Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Syarif hidayatullah.

Check Also

sufi

Empat Pembelajaran Tasawuf dalam Puasa Ramadan

Muatan hikmah di bulan Ramadan dalam ibadah puasa adalah bertujuan untuk memberikan penyembuhan penyakit rakus …

berbuka puasa ala Rasul

Beberapa Mitos Membatalkan Puasa yang Beredar di Masyarakat

Puasa di Bulan Ramadhan adalah salah satu ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. …