Jakarta – Seorang pemain sepakbola pasti tidak akan bisa menolak bila pinangan yang datang dari dua klub-klub besar Liga Inggris seperti Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, atau Arsenal. Tapi hal itu tidak berlaku pada pemain asal Maroko, Mehdi Benatia.
Mantan punggawa Juventus dan Bayern Munchen ini justru menolak pinangan dua raksasa Liga Inggris, Arsenal dan Manchester United. Penolakan itu didasari latar belakang dirinya sebagai seorang Muslim.
Dikutip dari The Sun, Benatia sempat diperebutkan Arsenal serta Manchester United dalam masa bursa transfer musim dingin 2019. Benatia kebetulan kala itu juga sudah menyatakan niat ingin pergi dari klubnya, Juventus.
Namun yang terjadi kemudian, Benatia malah memilih gabung klub Qatar, Al Duhail. Padahal Benatia masih berusia 31 tahun, atau cukup kompetitif bersaing di level tertinggi sepak bola Eropa. Apalagi ia juga punya pengalaman mentereng saat memperkuat AS Roma, Bayern Munchen, dan terakhir Juventus. Artinya, jam terbang Benatia sebagai bek tengah tak perlu diragukan lagi.
Benatia sadar betul, kepindahannya ke Qatar menimbulkan kritikan pedas. Tanda tanya besar muncul dari pecinta sepak bola Maroko, yang khawatir performa Benatia menurun, akibat hijrah ke level sepak bola Asia.
Meski begitu, Benatia sebenarnya punya alasan khusus terkait keputusannya gabung Al Duhail. Benatia memilih Al Duhail, karena hendak menjalani karier selaku pesepakbola di negara yang memiliki budaya Islam kuat.
Terutama untuk kelangsungan hidup anak-anaknya, Benatia ingin mereka tumbuh bersama lingkungan Islam yang baik. Benatia pun berharap semua pihak dapat menghargai pilihannya tadi.
“Saya ingin anak-anak saya tumbuh di lingkungan Islam yang baik. Saya sebelumnya juga mempertimbangkan pindah ke Liga UEA atau Arab Saudi, tapi hati saya jatuh kepada Al Duhail,” ucap Benatia.
“Saya mendapat banyak kritikan dari masyarakat Maroko, tapi saya berharap semuanya bisa menghargai keputusan yang saya buat, ini yang terbaik untuk saya dan keluarga saya,” lanjut Benatia.