Jakarta – Kasus kekerasan di pesantren masih terus terjadi. Kejadian demi kejadian itu menimbulkan keprihatinan mendalam. Pasalnya, pesantren sebagai lembaga pendidikan seharusnya menjadi tempat yang ramah dan aman bagi para santri.
Terkini, seorang santri kelas 9 di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Hasyim Asyari, Desa Tentea, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, berinisial RF tewas tergantung di bawah rumah panggung Ponpes Hasyim Asy’ari.
RF ditemukan tewas di Dusun Tanetea, Desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang pada Sabtu (23/11/2024) sekitar pukul 20.00 Wita. Korban pertama kali dilihat oleh temannya berinisial DP.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan keprihatinannya atas kasus yang menimpa seorang santri tersebut. Gus Ulil mengatakan rangkaian kekerasan terhadap santri, baik berupa kekerasan fisik, seksual, maupun bentuk lainnya, adalah masalah serius yang harus segera ditangani.
“Ini kejadian dan tragedi kesekian kalinya berulang terjadi. Kekerasan di pondok pesantren ini sesuatu yang harus diatasi dengan serius,” ujar Gus Ulil dikutip dari NU Online, Senin (25/11/2024).
Sebagai langkah konkret, PBNU telah membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk menangani berbagai bentuk kekerasan di pondok pesantren. Satgas ini akan bekerja menangani kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan segala bentuk kekerasan di pondok pesantren.
“Insyaallah satgas segera bekerja untuk menangani hal-hal seperti ini. Tentu mengharapkan masalah kekerasan seperti ini diatasi pada dua tingkatan,” jelasnya.
Gus Ulil menekankan pentingnya penanganan kekerasan di pondok pesantren pada dua tingkatan. Pertama, pesantren harus menunjukkan keseriusan dalam mencegah dan menangani kekerasan di lingkungan mereka.
Kedua, lanjut Gus Ulil, jika kekerasan yang terjadi telah mengakibatkan kematian atau pelanggaran hukum lainnya, maka aparat hukum harus bertindak tegas untuk memproses kasus tersebut.
Gus Ulil berharap agar kekerasan seperti ini tidak terus terulang di masa depan. Ia menegaskan bahwa upaya pencegahan dan penanganan harus dilakukan secara bertahap, namun serius.
“Semoga hal-hal seperti ini bisa kita atasi pelan-pelan sehingga kekerasan seperti ini tidak terjadi di masa depan atau tidak terulang,” harapnya.
Sebelumnya, Salah seorang santri di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Hasyim Asyari kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, RF ditemukan tewas gantung diri di sebuah kamar pondok pesantren.
Berdasarkan hasil pemeriksaan autopsi terhadap jenazah yang dilakukan tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel di duga korban mengalami kekerasan seksual sebelum meninggal dunia. Hal ini terungkap dari badan korban yang mengalami sejumlah luka. Kedua orang tua yang melihat kejanggalan kematian anaknya itu kemudian membawa jasad korban untuk diautopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.