Seringkali kita melakukan suatu tindakan yang sepele, namun serius dalam akibatnya terhadap perasaan orang lain. Tindakan ini adalah menyakiti hati orang lain. Entah melalui perbuatan atau kata-kata, dampaknya bisa besar namun kita sering tidak menyadarinya. Kita harus ingat bahwa pikiran dan perasaan seseorang tidak selalu terbuka. Ajaran Islam menekankan untuk menjaga lisan kita dengan baik, agar tidak melukai perasaan orang lain. Dalam ajaran agama, perlunya menjaga perasaan sesama dipahami dengan jelas.
Dalam ajaran Islam, kelembutan menjadi sebuah landasan etika yang tidak hanya menunjukkan kedewasaan spiritual, tetapi juga menggambarkan esensi kebersamaan dalam kehidupan manusia. Di dalam kelembutan tersebut tersemat larangan yang tegas: jangan melukai hati orang lain, terutama sesama Muslim. Karna hubungan antar sesama muslim adalah bersaudara. Dalam konteks agama Islam, tindakan menyakiti hati orang lain bukan semata-mata perbuatan tidak etis, melainkan juga dianggap dosa besar. Bagaimana Islam menjelaskan mengapa tindakan tersebut diharamkan?
Dalil Al-Quran dan Hadis Tentang Larangan Menyakiti Hati Orang Lain
Dalam Al-Quran dan hadis, tergambar dengan jelas larangan keras terhadap perilaku atau tindakan yang merusak perasaan orang lain. Di bawah ini, akan diuraikan beberapa bukti dari Al-Quran maupun Hadis yang mengingatkan kita untuk menjaga perasaan orang lain.
QS: al-Ahzab[33]:58:
وَالَّذِيۡنَ يُؤۡذُوۡنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَالۡمُؤۡمِنٰتِ بِغَيۡرِ مَا اكۡتَسَبُوۡا فَقَدِ احۡتَمَلُوۡا بُهۡتَانًا وَّاِثۡمًا مُّبِيۡنًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS: al-Ahzab[33]:58)
Ayat ini secara gamblang menunjukkan bahwa melukai hati sesama mukmin adalah suatu dosa yang ditegaskan oleh Allah Swt. Firman-Nya menggambarkan konsekuensi berat bagi mereka yang dengan sengaja melukai orang-orang mukmin tanpa dasar yang jelas. Di balik tindakan tersebut, tersembunyi kebohongan dan dosa yang terang-benderang.
Mengutif dari Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan adanya suatu kedustaan besar bila menyakiti umat Islam dengan sesuatu yang tidak pernah mereka lakuan, yang tujuannya untuk mendiskreditkan mereka. Orang yang melakukan ini lebih parah dibanding orang yang melakukan riba, padahal riba termasuk perbuatan terkutuk.
Dari Al-Baro bin Azib, Rasulullah bersabda:
الرِّبَا اثنان وسبعون بابًا، أدناها مثل إتيان الرجل أمَّه، وإن أرْبَى الربا استطالة الرجل في عرض أخيه
“Riba memiliki tujuh puluh dua pintu. Yang paling rendah seperti menzinahi ibu kandungnya. Dan sesungguhnya riba yang paling riba adalah merusak kehormatan saudaranya.” (HR: Ath-Thabrani, Lihat silsilah shahihah no 1871).
Dalam firman yang lain Allah dengan tegas melarang orang beriman saling menyakiti,
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS: al-Hujurat[49]: 11)
Para ulama menjelaskan, maksud kalimat “janganlah mencela dirimu sendiri” adalah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. Hal ini ditegaskan oleh sabda Rasul Saw:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa meremehkan sesama muslim merupakan sebuah larangan, apalagi sengaja mencari kesalahan dengan cara memutarbalik fakta, jelas lebih dilarang. Peringatan yang cukup keras datang dari Allah dalam firman-Nya:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS: Al Hujurat:12)
Demikian juga Rasulullah Saw, menegaskan agar setiap orang beriman tidak menyakiti saudara seiman lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang rajin shalat malam dan shiyam sunnah, tetapi tetangganya tersiksa karena lisannya.” Maka beliau bersabda, “Dia tidak memiliki kebaikkan sama sekali. Dia akan masuk neraka.” (Riwayat Hakim dan dia nyatakan sebagai hadits shahih).
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah