Sekum Muhammadiyah Prof Abdul Muti
Sekum Muhammadiyah Prof Abdul Muti

Kultur Dakwah di Era Digital Harus Sesuaikan dengan Kemajuan Zaman

Jakarta – Kultur dakwah di era digital saat ini harus menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Hal itu disadari oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah. Pasalnya, Muhammadiyah bisa terdisrupsi jika tidak kreatif dan inovatif dalam dakwah.

“Kalau dakwah ini kan seperti orang beriklan dengan durasi misalnya 30 detik. Maka dalam durasi ini maka kita menampilkan diri semenarik mungkin dan pilihannya terserah orang lain,” ujar Sekum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti pada kegiatan Pengkajian Ramadhan Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta, Senin (18/3/2024).

Muhammadiyah, kata Mu’ti, harus mampu melakukan itu sehingga dakwah menjadi semakin inovatif. “Jika tidak, kita akan terdisrupsi karena tidak melakukan inovasi,” lanjutnya.

Menurut Mu’ti, dakwah yang dilakukan di era sekarang ini bisa dengan mengubah sesuatu yang serius menjadi cair. Misalnya dalam dakwah kepada generasi muda dan generasi Z, tidak harus melulu dengan dalil. Dia mencontohkan bagaimana menjelaskan soal tauhid.

Penjelasan tauhid di media sosial, menurut dia, bisa dirangkai secara singkat dan padat tetapi mengena ke anak-anak muda.

“Misalnya sampaikan ‘kalau bertauhid jangan sombong dong. Kalau bertauhid, jangan diskriminatif, atau jangan merusak alam. Meski tanpa ayat, pesannya masuk. Ini saya kira menjadi substansialisasi pesan tauhid,” ujarnya dikutip dari Republika.co.id.

Mu’ti mengatakan, penting untuk mengubah mindset ini, lalu mengubah kultur dalam hal dakwah. Apa yang dimaksud dengan dakwah kultural, tidak selalu berkaitan dengan seni.

“Budaya manusia itu berubah, dan sekarang budaya manusia adalah budaya digital. Maka harus kreatif memjelaskan paham Muhammadiyah. Masalahnya kita terlalu leterlek,” kata dia.

Mu’ti juga menyinggung soal pentingnya diversifikasi dai, sehingga jangan sampai satu orang dai melakukan semua hal. Artinya, seorang dai perlu memiliki spesialisasi tertentu sesuai audiens yang menjadi sasaran dakwahnya. “Dai kita harus ada diversiifikasi. Jangan satu orang lakukan semuanya,” katanya.

Dia juga mengingatkan, Allah SWT mengutus rasul-Nya sesuai budaya umatnya dan kultur serta karakter masyarakat, sebagaimana diabadikan dalam Alquran yaitu Surat Ibrahim ayat 4.

“Maka ketika Allah mengutus rasul-Nya, itu dari kalangan mereka,” tuturnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …