Manusia tidak mungkin dilepaskan dari masalah. Dari masalah yang kecil hingga masalah paling besar yang membuatnya gusar. Namun, persoalan utama bukan menghindari masalah, tetapi bagaimana mengatasi masalah.
Setiap manusia mempunyai masalah, tetapi yakinlah setiap manusia mempunyai cara menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan mengatasi masalah, bukan karena ketidakmampuan sebenarnya. Ketidakmampuan itu karena didorong ia takut menghadapi masalah, menghindari masalah, atau terlalu fokus memikirkan masalah hingga lupa mencari solusi terhadap masalah. Kegagalan menghadapi masalah terletak pada cara menanggapi masalah.
Mari kita coba memperbaiki tata pikir dalam menghadapi masalah. Al-Quran memulainya dengan begitu menginspirasi. Misalnya Allah berfirman dalam Al Baqarah 286 : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Ayat ini mengajak kita untuk berpikir positif baik terhadap situasi dan kondisi diri.
Memahami situasi dengan positif dimaksudkan sebagai pemahaman yang utuh terhadap masalah. Memahami kondisi diri dengan positif berarti memahami kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah. Kata kuncinya adalah masalah yang kita hadapi adalah sesuai takaran kemampuan untuk menyelesaikannya. Setiap orang pasti mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jangan dihindari, tetapi harus dihadapi.
Masalah pada akhirnya adalah sarana menempa kemampuan. Jika tidak ada masalah, orang tidak akan mampu mengukur batas kemampuannya. Batas kemampuan ditempa oleh masalah. Anak kecil belajar jalan pasti mengalami sakitnya jatuh. Tetapi pada akhirnya ia menikmati berlari karena sakitnya jatuh.
Masalah bukan bencana yang menghancurkan, tetapi untuk menguatkan dan mendewasakan seseorang. Jika tidak pernah salah, akan susah menyadari arti benar. Jika tidak pernah kalah, akan susah menikati makna menang. Persis hal yang sederhana, jika kita tidak pernah lapar, kita tidak akan merasakan nikmatnya kenyang.
Al-Quran kemudian melanjutkan dalam ayat lain QS Al-Insyirah 5-6 : Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Allah mengulangi dua kali sebagai penegasan penting bahwa di dalam kesulitan ada kemudahan yang mengiringinya.
Jika ayat sebelumnya mengajarkan keyakinan terhadap kemampuan diri, ayat ini mengajarkan harapan. Setiap masalah pasti ada solusi. Harapan itu penting agar manusia tidak jatuh dalam kegagalan sebelum mencoba. Manusia gagal bukan karena mencoba menyelesaikan masalah, tetapi ia sudah takut menghadapi masalah. Khawatir, cemas, dan depresi pada akhirnya mengalahkan harapannya.
Terkadang kita berada di situasi bahwa masalah sebenarnya bukan masalah yang sedang dihadapi, tetapi masalah ketakutan dan depresi dari cara menghadapi masalah. Situasi seperti ini adalah sebuah kegagalan yang sebenarnya. Banyak pintu keluar ketika diri terjebak masalah, hanya saja kita terlalu lama menangis di depan satu pintu tanpa menghiraukan banyaknya pintu solusi yang ada dan bahkan lebih baik.
Jangan pernah berpikir hidup tanpa ujian dan masalah adalah nikmat. Kita tidak akan pernah merasakan nikmat jika tidak pernah menghadapi masalah. Jangan pernah berharap hidup tanpa masalah, karena sesungguhnya hidup itu sendiri adalah ujian. Karena itulah, kenalilah masalah, kenalilah kemampuan, belajarlah dari masalah untuk membuat diri yang lebih kuat.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah