Tak satupun dari sekian makhluk alam yang mengetahui secara pasti nilai citra keagungan Muhammad sebagai Nabi atau sebagai Rasul kecuali Allah. Kok hanya Allah?! Karena Allah sendirilah yang membentuk fisiknya seindah mungkin, membentuk psikisnya sesempurna mungkin, menempa jiwanya sekuat mungkin. Maka, tak terlalu berlebihan, bila Muhammad disebut sebagai Insan Al-Kamil (manusia sempurna).
Ibn Asakir meriwayatkan sebuah hadits bahwa tatkala Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad, Dia berkata: “Sesungguhnya Tuhanmu (Allah) berkata: “jika Aku menganggap Ibrahim sebagai Khalil (teman karib), maka, Aku menganggapMu sebagai Habib (kekasih), tidaklah Aku ciptakan suatu makhluk yang lebih mulia dari Mu, dan sungguh aku ciptakan Dunia dan penghuninya agar mereka tahu akan kemulianmu dan derajatmu disisiku. Andai bukan karenaMu, tidaklah Aku ciptakan Dunia”.
Oleh karena itu, Allahlah yang berhak untuk mencintai Nabi Muhammad melebihi makhluk lainnya, Allah yang lebih berhak untuk menyambut dengan penuh gembira kelahirannya (maulidnya).
Ada dua hal yang Allah perintahkan kepada umat manusia, namun sebelumnya telah Allah lakukan sendiri. Pertama, Persaksian (Syahadah) tauhid (ketunggalan) kepada Allah. Dalam surah Ali Imran ayat 18 Allah berfirman :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahsa tidak ada Tuhan selain Dia (yang berhak disembah) yang menegakkan keadilan, Para malaikat dan Orang orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian. Tidak ada Tuhan melainkan Dia yang perkasa lagi bijaksana”
Untuk mengukuhkan ketunggalanNya, maka Allah bentangkan dan jejalkan bukti-bukti pasti pada setiap pribadi manusia dan horizon alam. Semua itu dinyatakan dengan jelas dalam Surah Fushilat ayat 53
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
“Kami akan memperlihatkan kepada merekatanda tanda kekuasaan kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hinnga jelas bagi mereka bahwa al-Qur’an itu benar adanya”.
Kedua, Shalawat kepada Rasulullah. Ternyata Allah juga bershalawat kepada Nabi sebelum akhirnya memerintahkan kepada makhluk lainnya. Dalam surah al-Ahzab ayat 56 Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguyhnya Allah dan Para malaikat Allah bershalawat kepada Nabi Muhammad, wahai orang orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi Muhammad dan ucapkan salam penghormatan kepada Nya.
Tentu shalawat Allah dengan shalawat makhluknya berbeda jauh. Syaikh Samarqand menafsirkan shalawat Allah itu berupa rahmat (kasih sayang) dan maghfirah (pengampunan). Sementara bentuk shalawat Para Malaikat adalah berupa istighfar (permohonan ampunan). Bahr al-Ulum 3/420.
Bershalawatnya Allah dan Para Malaikat kepada Nabi Muhammad, ini menjadi petanda, bahwa betapa agung dan mulianya sosok Nabi Muhammad, hingga Allahpun juga merayakan dan memperingati kelahirannya di alam Malakut sana. Mengapa kita yang hidup di Bumi tidak!!!?
Ini pulalah yang menjadi dalih kokoh, bahwa Nabi Muhammad tak layak untuk direndahkan oleh siapapun, bahkan oleh seorang ‘kafir’ sekalipun.