Pontianak – Mahasiswa diajak untuk terus memperkuat literasi digital agar bisa bijaksana saat menggunakan media sosial. Itu penting, karena media sosial bisa menjadi ruang dakwah kebaikan, tapi juga bisa menjadi pintu masuk paham radikal.
“Karena itu, mahasiswa harus cerdas memilih dan menyaring informasi,” ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Dr. Ismail Ruslan, M.Si., pada acara “Kampus Kebangsaan Pembinaan Mahasiswa Berprestasi” sebagai langkah strategis untuk memperkuat benteng ideologi mahasiswa dari paparan radikalisme dan terorisme pada Kamis (25/9/2025). Kegiatan ini hasil kolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Barat.
Dr. Ismail menegaskan, komitmen kebangsaan adalah fondasi utama yang harus dijaga generasi muda. Ia mengingatkan, Kalimantan Barat tidak luput dari sasaran penyebaran ideologi radikal, terutama melalui media sosial.
Untuk memperkuat pesan, ia membagikan kisah nyata dua mantan narapidana terorisme, Rosnaizi dan Salim Salio. Keduanya terjerumus karena doktrin daring—Rosnaizi terpapar lewat status Facebook bertema penegakan hukum Allah, sementara Salim diarahkan hingga ikut merencanakan aksi perampokan bank dan peledakan di Istana Negara.
Ia menegaskan kembali, Pancasila dan NKRI adalah konsensus luhur para pendiri bangsa. Menurutnya, setiap upaya makar terhadap negara hanya akan menghancurkan masa depan pelaku.
“Jangan sekali-kali mahasiswa IAIN Pontianak terlibat gerakan makar. Itu hanya akan berujung pada hilangnya status mahasiswa, terputusnya beasiswa, dan hancurnya masa depan,” tegasnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah