Palu — Di tengah meningkatnya tantangan terhadap kebebasan beragama di Indonesia, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof. Lukman Thahir, menyerukan pentingnya moderasi beragama sebagai pendekatan kolektif umat beragama demi merawat kerukunan dan perdamaian.
“Semua manusia menginginkan kedamaian. Moderasi beragama hadir sebagai jalan tengah yang memungkinkan kita saling bekerja sama membangun kebersamaan dalam keberagaman,” ujarnya di Palu, Selasa (15/7/2025).
Menurut Lukman, kesadaran akan pentingnya kedamaian dan toleransi dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pemahaman keagamaan, kondisi sosial masyarakat, hingga budaya global yang ikut membentuk cara pandang umat beragama.
“Oleh karena itu, moderasi harus menjadi bagian dari cara berpikir dan bertindak setiap pemeluk agama. Tujuannya adalah membentuk lingkungan sosial yang inklusif dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah perbedaan,” lanjutnya.
Namun, seruan itu tidak datang tanpa latar belakang yang mendesak. Berdasarkan laporan SETARA Institute, tercatat 260 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan sepanjang tahun 2024, meningkat dari 217 kasus pada 2023. Sementara hingga pertengahan tahun 2025, tren pelanggaran dan intoleransi terus menunjukkan peningkatan.
“Peristiwa-peristiwa ini menjadi ujian serius bagi komitmen bersama dalam menjaga ruang publik yang damai dan setara,” tutur Lukman, yang juga Guru Besar Filsafat Agama ini.
Ia menekankan bahwa pemerintah, khususnya Kementerian Agama (Kemenag), telah bekerja keras mendorong moderasi beragama sebagai kebijakan strategis melalui program edukatif dan kolaboratif lintas sektor.
Upaya ini membuahkan hasil yang cukup menjanjikan. Data Badan Litbang dan Diklat Kemenag menunjukkan bahwa Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) terus meningkat dalam tiga tahun terakhir: dari 73,09 pada 2022, naik ke 76,02 pada 2023, dan 76,47 pada 2024.
Bagi Lukman, moderasi bukan sekadar jargon keagamaan, melainkan fondasi untuk memperkuat keutuhan bangsa. Ia menegaskan bahwa prinsip hidup berdampingan dalam damai adalah bagian tak terpisahkan dari semangat Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Jika kita ingin NKRI tetap kokoh, maka moderasi harus menjadi kesadaran bersama umat beragama di Indonesia,” tegasnya.
Di tengah meningkatnya kasus intoleransi, suara-suara seperti Lukman Thahir menjadi pengingat bahwa damai bukan sesuatu yang terjadi begitu saja—ia harus diperjuangkan bersama, dimulai dari cara berpikir, cara hidup, dan cara menghargai yang berbeda. (Ant)