Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak para ulama seperti kiai dan dai untuk menggaungkan budaya saring sebelum sharing untuk menangkal hoax (berita bohong) dan hate speech (ujaran kebencian).
Wakil Ketua Komisi Infokom MUI, Ismail Fahmi menyampaikan hoax dan hate speech semakin banyak bertebaran di media sosial menjelang pemilu. Hal tersebut perlu disikapi dengan langkah menyaring informasi sebelum disharing.
“Memvalidasi suatu informasi pedomannya sudah ada di dalam Al-Quran surah al-Hujurat ayat 6. Saya kira para da’i dan kiai di sini lebih memahami penafsirannya secara mendalam,” katanya di Multaqo Du’at Nasional Ke-4 & Standardisasi Da’i Ke-28, Wisuda Akbar Angkatan 11 sampai 28di Hotel Mercure, Jakarta, Selasa (5/12/2023)
Ismail menyebut, surah al-Hujurat memerintahkan kepada orang beriman untuk meneliti (memvalidasi) tentang berita yang diterimanya. Mengapa penting untuk memvalidasi? Sebab, apabila berita tersebut adalah kebohongan, ia tidak meneruskan kebohongan tersebut yang akhirnya akan menyebabkan perpecahan.
Referensi utama umat Islam inilah yang seharusnya menjadi pegangan dalam bersosial media dan menyebarkan suatu informasi. Tidak hanya panduan dalam Al-Quran, Ismail juga menyebut bahwa MUI telah mengeluarkan fatwa tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial yang bisa dijadikan referensi.
“Selain MUI, ormas Islam lain seperti Muhammadiyah juga mengeluarkan pedoman yaitu Akhlaqul Medsosiyah Warga Muhammadiyah. Jadi, kita tidak kekurangan pedoman, tinggal bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai tersebut saat menggunakan sosmed,” ungkapnya dikutip dari MUI Digital.