pemilu 2024

Panduan Sikap Islami Menerima Hasil Pemilu

Pemungutan Suara Pemilu 2024 telah usai. Proses terus berlanjut meskipun berbagai lembaga Survei telah merilis hasil perhitungan cepat (QuickCount). Ada yang diprediksi kalah dan menang, tetapi semuanya harus menunggu proses resmi dari KPU.

Terpenting, menerima hasil keputusan pemilu adalah sebuah prinsip yang mendasar dalam ajaran agama Islam. Sikap ini tidak hanya menunjukkan ketaatan terhadap otoritas yang sah, tetapi juga mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan berdemokrasi.

Kontestasi Pemilu dalam Islam dimaknai sebagai instrument bermusyawah dalam praktek yang luas. Apapun hasil musyawarah harus diterima, sebagaimana Nabi mengajarkan tetap menerima masukan dari para Sahabatnya dan menangguhkan dan tidak memaksakan pendapat pribadinya. Itulah sikap yang diajarkan Nabi.

Dalam menerima hasil Pemilu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

  1. Ketaatan terhadap Otoritas yang Sah

Dalam Islam, prinsip ketaatan terhadap otoritas yang sah sangat dijunjung tinggi. Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa: 59).

Ayat ini menegaskan pentingnya taat kepada otoritas yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta para pemimpin yang sah dalam konteks dunia modern, seperti pemimpin yang dipilih melalui pemilu.

Dalam konteks Pemilu, KPU diberikan otoritas yang sah untuk menyelenggarakan Pemilu. Karena itulah, hasil dari KPU harus ditaati. Tentu ada proses koreksi dan evaluasi, tetapi hal itu tidak membawa pada pembangkangan hasil. Upaya koreksi bukan berarti menolak otoritas yang ada.

  1. Sikap Bijak dalam Menerima Keputusan

Nabi Muhammad SAW juga memberikan contoh sikap bijak dalam menerima keputusan musyawarah sekalipun beliau mempunyai pendapat pribadi. Dalam Perang Badar, Nabi memusyawarah dengan para Sahabat tentang lokasi pemberhentian pasukan perang. Salah seorang sahabat Hubab bin Mundzir yang memahami peta lokasi mengoreksi pilihan Rasulullah. Ia memberikan alasan logis tentang lokasi pilihan lain.

Dalam menerima hasil pendapat itu, Rasulullah pun bijak dan mengambil pilihan sebagaimana diusulkan sahabat. Ia tidak memaksakan pendapat pribadi dan mempertahankan ego sebagai seorang pemimpin dan Nabi. Itulah sikap menerima keputusan musyawarah yang dipraktekkan Nabi.

  1. Merawat Persaudaraan dan Menghindari Perpecahan

Menerima hasil keputusan pemilu dengan sikap Islami juga merupakan bagian dari menjaga keutuhan dan persatuan umat. Allah SWT berfirman:

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)

Dalam konteks ini, menjaga persatuan umat menjadi suatu keharusan dalam Islam. Menerima hasil pemilu dengan sikap yang bijaksana dan menolak provokasi untuk memecah belah adalah bagian dari menjaga persaudaraan umat.

Dengan demikian, sikap Islami dalam menerima hasil keputusan pemilu mencakup ketaatan kepada otoritas yang sah, sikap bijak dalam menyelesaikan perbedaan pendapat, serta menjaga persatuan dan persaudaraan umat. Semua itu adalah bagian dari implementasi ajaran Islam dalam kehidupan berdemokrasi.

Bagikan Artikel ini:

About Farhah Salihah

Check Also

ramadan

Ramadan Berlalu, Perilaku Koq Masih Seperti Dulu

Hanya sebentar setelah berakhirnya bulan Ramadan, kita sering kali merasakan betapa cepatnya kita melupakan pelajaran …

madinah

Siapa yang Mengangkat Nabi Muhammad Menjadi Pemimpin di Madinah?

Persoalan kepemimpinan politik sejak dulu memang menjadi salah satu perhatian serius umat Islam. Tentu saja, …