Dialog Kebangsaan Temanggung

Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme Butuh Kolaborasi Lintas Sektor

Temanggung – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Eddy Hartono, S.I.K., M.H., menegaskan bahwa pencegahan intoleransi dan radikalisme hanya bisa berhasil jika didukung kolaborasi antara pemerintah, DPR, dan masyarakat sipil. Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Ormas Keagamaan, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat di Pendopo Kabupaten Temanggung, Kamis (7/8/2025).

“Hari ini saya hadir sebagai bentuk sinergi BNPT dan Komisi XIII DPR RI. Dalam prinsip pencegahan ekstremisme, kuncinya adalah sinergi lintas sektor,” ujarnya.

Menurut Komjen Eddy, dialog kebangsaan bukan sekadar acara seremonial. Berdasarkan riset Setara Institute tahun 2023, minimnya ruang diskusi menjadi salah satu penyebab tumbuhnya intoleransi.

“Forum seperti ini harus diperbanyak. Dialog adalah media efektif mengatasi kesenjangan informasi dan mencegah konflik sejak dini,” jelasnya.

Dalam paparannya, Eddy menyampaikan bahwa toleransi sejati adalah proses membangun kesadaran dan etika kolektif.

“Toleransi mudah diucapkan, tetapi sulit dijalankan karena menuntut pengorbanan: menghargai, memahami, dan menerima perbedaan,” tegasnya.

Indonesia, katanya, adalah negara dengan keragaman luar biasa, dan UUD 1945 Pasal 29 telah menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warga negara.

“Banyak negara datang ke Indonesia untuk belajar tentang harmoni dalam keberagaman. Ini aset yang harus kita jaga,” ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa toleransi dan moderasi beragama saling melengkapi, dengan tiga pilar utama: komitmen kebangsaan, anti-kekerasan, dan penerimaan terhadap kearifan lokal.

“Komitmen kebangsaan tercermin dalam kesetiaan terhadap Pancasila, terutama sila pertama dan ketiga,” tambahnya.

Eddy menyoroti tiga lingkungan utama yang berperan dalam membentuk sikap intoleran: keluarga, pendidikan, dan media sosial.

“Pertama, keluarga sebagai pondasi karakter anak. Nilai-nilai toleransi harus ditanamkan sejak dini,” jelasnya.

Kedua, dunia pendidikan. BNPT, menurutnya, terus bersinergi dengan Kemendikbud dan Kemenag untuk menyisipkan nilai toleransi dalam kurikulum sekolah dan pesantren. Ia menyebut beberapa eks anggota kelompok radikal kini aktif membina pesantren dengan pendekatan moderat.

“Ketiga adalah media sosial. Ini tantangan besar di era Gen Z. BNPT telah membentuk Duta Damai Dunia Maya di setiap provinsi untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian secara digital,” jelas Eddy.

BNPT, lanjutnya, juga melakukan pemantauan ruang digital secara intensif untuk mendeteksi penyebaran paham radikal.

Menutup sambutannya, Komjen Eddy menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan dialog ini, termasuk Anggota Komisi XIII DPR RI Vita Ervina, Wakil Bupati Temanggung drg. Nadia Muna, Forkopimda, tokoh agama, pemuda, dan mitra deradikalisasi.

“Mari kita jaga Temanggung dan Indonesia agar tetap aman, damai, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia menjadi negara yang kuat, makmur, dan bermartabat,” pungkasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

008879900 1755066058 830 556 1

Kiai Ma’ruf Amin: Pesantren Jadi Pusat Gerakan Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat

JAKARTA — Pondok Pesantren bukan sekedar lembaga pendidikan yang fokus pada keagamaan namun juga lembaga …

prof asrorun niam sholeh 1756616995852 169

Munas MUI 2025 Akan Bahas Fatwa Perpajakan untuk Cari Keadilan Sesuai Syariat

Jakarta – Pajak yang dipungut oleh pemerintah dari rakyat diperuntukkan untuk pembangunan berbagai fasilitas dan …