prinsip bermadzhab
prinsip bermadzhab

Beragama Butuh Ilmu, Berilmu Butuh Guru, Berguru Butuh Sanad yang Jelas

Pasti bagi kita semua tidak asing dengan istilah “Malu bertanya sesat di jalan!”. Pepatah ini mengingatkan kita agar tidak malu bertanya tentang sesuatu hal yang tidak diketahui. Jika selalu merasa tahu dipastikan akan sesat di jalan. Termasuk dalam masalah agama.

Jika anda mengalami sakit kepala, cukupkah dengan membuka buku masalah Kesehatan? Dengan buku itu anda mempraktekkan pengobatan sendiri? Ada dua kemungkinan, anda benar dengan percobaan, atau anda semakin sakit. Begitu pula dengan beragama.

Beragam bukan tentang trial and error. Agama adalah perintah Tuhan berdasarkan wahyu kepada Nabi yang disampaikan kepada sahabat dan orang-orang alim setelahnya. Ada silsilah keilmuan yang terus dirawat. Cukupkah beragama dengan membaca buku agama?

Beragama butuh Ilmu

Beragama bukan tentang mengerjakan, tetapi tentang ilmu. Karena itulah beragama harus berdasarkan ilmu. Umar bin Abdul Aziz sebagaimana dikutip oleh Ibnu Taimiyah mengatakan “Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.”

Beramal tanpa ilmu hanya akan menghasilkan kerusakan dan mafsadat. Tentu saja, beragama bukan sekedar beramal, tetapi harus memiliki sandaran yang jelas.

Namun, hari ini belajar agama juga bukan perkara mudah atau memudahkan. Contohnya seseorang yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengikuti kajian atau datang ke rumah seorang guru, ia memilih untuk mendengarkan ilmu yang dia pelajari dari aplikasi youtube.

Salahkah demikian, tentu tidak menjadi persoalan. Namun, cukupkah hal itu memberikan penjelasan terhadap dirinya. Ketika seseorang tidak mendapatkan jawaban, seseorang relatif akan mencari jawabannya sendiri dengan pemikiran yang ia miliki. Dan tanpa sadar, ia telah membiarkan setan menuntun dirinya menuju ilmu yang sesat, yakni ilmu yang tidak memiliki guru yang jelas.

Imam Buchari dalam kitab Shahih Bukharinya telah memberikan peringatan “Mengajilah (balajarlah) dengan bersungguh-sungguh sebelum kamu bertemu dengan masanya orang berbicara ilmu yang hanya bermodalkan dari prasangka.”

Berilmu butuh guru yang jelas

Ilmu agama tidak bersifat coba-coba, karena dalam ilmu agama menyangkut tentang keimanan, akhlak dan perilaku manusia di dunia dan di akhirat. Salah pengamalan atau salah pemahaman, akan mampu membawa diri menuju kesesatan.

Pentingnya ilmu dalam agama harus mempertimbangkan pentingnya guru yang memiliki kredibilitas yang jelas. Artinya, dalam berilmu seseorang diwajibkan memilih guru, karena jika ilmu yang tidak bersumber dari guru yang jelas bisa saja bersumber dari setan.

Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata: “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)

Apabila kita belajar dengan sanad yang jelas, tentu saja ilmu yang kita pelajari akan sesuai dengan apa yang diamalkan oleh Rasulullah. Dalam surat al-Anbiya ayat 7, Allah berfirman, “Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan sebab khusus, seseorang wajib bertanya kepada para rasul atau ahli ilmu yang memiliki sanad yang terhubung kepada Rasulullah. Ayat ini mengandung perintah untuk belajar kepada ahlinya, karena ahli ilmu memiliki kewajiban menjawab dan mengajarkan sesuai apa yang mereka pelajari sebelumnya.

Imam Asy Syafi’i berkata: “Barangsiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi kandungan buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya).”

Jadi jangan sekali-kali belajar agama tanpa adanya sanad karena sama saja kita berbicara tanpa dasar, yang jelas saja ilmu yang kita miliki tidak dapat di pertanggungjawabkan. Bahkan akan menjadi bahaya jika ilmu tanpa dasar tersebut kita sebar luaskan dan bahkan ada seseorang yang menggunakan ilmu tersebut sebagai dasar kehidupannya.

Seperti yang banyak kita jumpai sekarang ini, di mana banyak bertebaran ustad gadungan yang mendominasi kajian yang ironisnya masyarakat umum tidak mengkaji atau meneliti kembali apa yang disampaikan. Sehingga banyak terjadi kesalahpahaman yang justru membuat perpecahan akan sesuatu yang tidak jelas atau tidak berdasar.

Bagikan Artikel ini:

About Rufi Tauritsia

Check Also

sedekah laut

Sedekah Laut dalam Tradisi dan Akidah

Tradisi sedekah laut merupakan praktik yang umum dilakukan oleh para nelayan sebagai bentuk ungkapan rasa …

stuart

Stuart Seldowitz, Islamofobia dan Usia Pernikahan Aisyah

Stuart Seldowitz, seorang mantan penasihat pada masa Pemerintahan Presiden Obama, menimbulkan kontroversi dengan melontarkan ujaran …