peran santri

Peran Santri dalam Melestarikan Kemerdekaan Republik Indonesia

Meskipun HUT Kemerdekaan RI sudah dirayakan secara besar besaran di seluruh pelosok tanah air tetapi suasana peringatan tersebut masih terus terasa sampai hari ini. Bukan karena meriahnya peringatan itu tapi karena kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia bukan dalam satu malam, melainkan hasil dari perjuangan panjang berbagai elemen bangsa. Itulah yang kemudian membuat suasana peringatan hari kemerdekaan di negeri kita selalu disambut dengan gemberia sepanjang bulan Agustus.

Di antara mereka yang terlibat dalam memperjuangan kemrdekaan itu adalah santri.  Santri memegang peranan penting, tidak hanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga dalam menjaga dan melestarikannya. Peran santri sebagai bagian dari kekuatan moral, spiritual, dan sosial telah tertanam dalam sejarah panjang bangsa ini.

Sejak masa penjajahan, para santri dan kiai telah terlibat aktif dalam perlawanan terhadap kolonialisme. Pondok pesantren menjadi pusat pendidikan dan juga markas gerakan perlawanan.. Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, peran santri tidak berhenti. Mereka terus aktif dalam menjaga stabilitas sosial dan nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman disintegrasi bangsa. Banyak kiai dan santri yang terlibat dalam dunia politik, sosial, dan pendidikan demi membangun bangsa. Keterlibatan mereka di lembaga-lembaga pemerintahan maupun ormas Islam memperlihatkan konsistensi santri dalam mengawal arah pembangunan nasional.

Memasuki era reformasi dan globalisasi, santri menghadapi tantangan baru: radikalisme, degradasi moral, serta masuknya budaya asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Di sini, santri kembali mengambil peran sebagai penjaga moral bangsa. Melalui pesantren, dakwah, dan media sosial, para santri mengedepankan Islam yang moderat dan cinta tanah air.

Gerakan seperti Islam Nusantara, kampanye anti-hoaks, dan penguatan pendidikan karakter di pesantren adalah bentuk konkret santri dalam melestarikan kemerdekaan di era digital. Mereka tidak hanya mempertahankan kemerdekaan secara fisik, tetapi juga secara kultural dan ideologis.

Kini, peran santri semakin strategis. Pemerintah pun mengakui kontribusi santri dengan menetapkan Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober. Santri tidak lagi hanya identik dengan pesantren, melainkan juga hadir sebagai akademisi, profesional, wirausahawan, hingga pejabat publik yang membawa semangat kebangsaan dan nilai-nilai keislaman dalam satu napas.

Dengan bekal ilmu agama dan wawasan kebangsaan, santri berpotensi menjadi agen perubahan yang menjaga Indonesia tetap damai, adil, dan bermartabat.

Peran Santri dalam Menghadapi Tantangan Modern

Santri, sebagai bagian dari elemen strategis bangsa, kini tidak hanya dihadapkan pada tantangan fisik seperti di masa penjajahan, tetapi juga pada tantangan yang lebih kompleks dan multidimensional: ideologis, sosial, budaya, dan teknologi. Dalam konteks ini, santri dituntut untuk tetap adaptif tanpa kehilangan jati dirinya. Beberapa bentuk tantangan modern dan bagaimana peran santri dalam menghadapinya sebagai berikut: :

  1. Radikalisme dan Intoleransi

Di era digital, penyebaran paham radikal dan intoleran sangat masif, terutama melalui media sosial dan platform online. Banyak individu, khususnya generasi muda, terpapar ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. Santri berperan sebagai benteng ideologi Islam moderat (wasathiyah). Dengan pendidikan agama yang kuat dan pemahaman kebangsaan yang mendalam, santri menjadi garda depan dalam meluruskan pemahaman agama yang keliru. Melalui dakwah, literasi digital, serta gerakan anti-radikalisme, santri mampu mengedukasi masyarakat dan mencegah penyebaran paham ekstrem.

  1. Globalisasi dan Degradasi Moral

Arus globalisasi membawa budaya luar yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Konsumerisme, individualisme, pergaulan bebas, dan gaya hidup instan mengancam nilai moral dan tradisi lokal. Santri memainkan peran penting dalam mengokohkan nilai-nilai moral dan spiritual. Di pesantren, santri dididik untuk hidup sederhana, jujur, menghargai tradisi, dan berakhlak mulia. Nilai-nilai ini disebarkan melalui kegiatan dakwah, pendidikan, serta keteladanan di tengah masyarakat. Santri juga mulai aktif berdakwah di ruang digital, menyebarkan konten positif yang menguatkan nilai-nilai moral di tengah kehidupan modern.

  1. Teknologi dan Disrupsi Digital

Perkembangan teknologi, kecerdasan buatan, dan otomasi kerja menciptakan disrupsi besar di dunia pendidikan, ekonomi, dan sosial. Santri harus bisa bersaing di era ini, tanpa kehilangan nilai-nilai pesantrennya. Santri masa kini mulai melek digital. Banyak pesantren yang mengembangkan kurikulum digital, mengajarkan coding, desain grafis, literasi media, hingga bisnis online. Santri juga aktif membuat konten dakwah di YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast. Dengan ini, santri menunjukkan bahwa mereka mampu menggabungkan tradisi dengan inovasi.

  1. Krisis Identitas Kebangsaan

Sebagian generasi muda mulai kehilangan identitas kebangsaan akibat minimnya pemahaman sejarah dan ideologi nasional. Rasa nasionalisme mulai pudar. Santri adalah pengawal ideologi Pancasila dan penjaga NKRI. Pendidikan pesantren menanamkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman. Para santri terlibat aktif dalam kegiatan kebangsaan seperti bela negara, kampanye toleransi antaragama, serta pembinaan masyarakat di daerah terpencil. Mereka menjembatani nilai keislaman dan nasionalisme secara harmonis.

  1. Tantangan Ekonomi dan Kemandirian

Persaingan ekonomi global menuntut generasi muda memiliki kemandirian dan keterampilan. Ketergantungan ekonomi pada pihak asing juga menjadi ancaman bagi kedaulatan bangsa. Santri kini mulai diarahkan menjadi santripreneur (santri entrepreneur) yang mandiri secara ekonomi. Banyak pesantren mengembangkan unit usaha: koperasi, pertanian, peternakan, industri halal, bahkan startup digital. Dengan begitu, santri turut menggerakkan ekonomi kerakyatan sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi umat.

  1. Krisis Lingkungan dan Ketahanan Sosial

Perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan bencana alam menjadi ancaman nyata bagi masa depan bangsa. Ketahanan sosial juga sering terganggu akibat konflik horizontal dan ketimpangan sosial.Santri ikut serta dalam gerakan peduli lingkungan, baik melalui dakwah ekologi, pengelolaan sampah berbasis pesantren, hingga edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam sebagai amanah Tuhan. Selain itu, santri aktif dalam kegiatan sosial seperti bakti sosial, pengabdian masyarakat, dan penanganan korban bencana, menciptakan ketahanan sosial berbasis nilai keislaman.

Santri Sebagai Pilar Masa Depan Bangsa

Santri bukan hanya pewaris tradisi keilmuan Islam, tetapi juga aktor perubahan yang relevan dengan tantangan zaman. Mereka bergerak di antara nilai agama dan realitas modern, menjembatani masa lalu dan masa depan, serta memperkuat posisi Islam yang moderat, inklusif, dan solutif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Santri masa kini adalah pemimpin masa depan yang tidak hanya bisa membaca kitab kuning, tapi juga bisa membaca situasi zaman. Melalui adaptasi, inovasi, dan integritas, santri siap menjaga kemerdekaan dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih beradab dan bermartabat.

 

Bagikan Artikel ini:

About Dr. Suaib Tahir, Lc, MA

Anggota Mustasyar Diniy Musim Haji Tahun 2025 Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT Republik Indonesia

Check Also

pesantren al khoziny

Kasus Pesantren Al-Khozini: Pelajaran Berharga bagi Pemerintah

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia menaruh perhatian besar terhadap penyebaran paham-paham radikal yang mengarah …

terorisme game

Melihat Jejak Ekstremisme di Dunia Game Online

Prestasi Indonesia dalam Global Terrorism Index 2024 dengan status zero attack selama dua tahun berturut-turut …