Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit Fajar.” (al-Qadr ayat 1-5)
Ayat di atas sudah cukup populer yang menggambarkan keistimewaan Lailatul qadar yang disebut lebih baik dari pada seribu bulan. Maksudnya, pahala umat manusia saat beribadah pada malam tersebut melebihi pahala beribadah selama seribu bulan atau bisa diartikan pahala beribadah pada satu malam tersebut melebihi pahala beribadah terus menerus sepanjang hayat.
Alasan inilah mengapa umat muslim sangat menginginkan untuk meraih Lailatul Qadar, baik laki-laki maupun mereka yang perempuan. Pada malam-malam tertentu di bulan Ramadan, umat Islam meningkatkan taraf kualitas dan kuantitas ibadah agar menyapa lailatul qadar.
Sayangnya, bagi seorang perempuan, terkadang halangan datang yang membuat mereka terbatasi oleh ibadah yang mereka kerjakan. Siklus haid yang dialami perempuan menghalangi mereka beribadah seperti melakukan i’tikaf, memperbanyak baca al-Quran dan memperbanyak shalat sunnah.
Lalu, apakah dengan demikian perempuan tidak mungkin mendapatkan lailatul qadar atau Islam tidak adil terhadap perempuan?
Bagi kaum perempuan tentu saja tidak perlu khawatir karena Allah bukan Tuhan yang akan berlaku diskriminatif terhadap hambanya. Menstruasi juga merupakan keberkahan bagi kaum perempuan. Jadi menstruasi tidak akan menjadi halangan bagi perempuan yang menginginkan malam lailatul qadar.
Allah SWT merupakan Maha Pengasih dan Penyayang kepada setiap umatnya, terutama hambanya yang taat dan beriman kepadanya. Wanita nifas, haid, musafir, dan orang yang tidur bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar karena setiap orang yang Allah Swt terima amalannya, mereka yang berhalanganpun akan mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar.
Lantas ibadah atau amalan apa saja yang bisa dilakukan ketika seorang wanita sedang berhalangan untuk meraih pahala Lailatul Qadar?
Pertama, memperbanyak berdzikir.
Berdzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih, tahlil, tahmid dan kalimat thayyibah lainnya. Dzikir merupakan amalan malam Lailatul Qadar yang bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Memperbanyak zikir dan mengingat Allah sangat dianjurkan di 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
Kedua, melantunkan bacaan al-Quran tanpa membacanya.
Melantunkan bacaan al-Quran yang telah di hafal tanpa membaca dan menyentuh mushaf sebanyak tujuh ayat. Misalkan membaca surat al-Fatihah, atau surat pendek lainnya. Namun jika seseorang mampu membaca surat yang lebih panjang, di anjurkan untuk melantunkan surat yang lebih panjang.
Ketiga, perbanyak Istigfar.
Bacaan istighfar dan doa-doa yang baik seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Doa yang sering dilafalkan saat seseorang ingin meraih Lailatul Qadar:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي ياكريم
“Allahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fuanni ya kariim”
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Mahapemaaf dan Pemurah, maka maafkanlah diriku. (HR At Turmudzi dan Ibnu Majah).
Keempat, perbanyak amal shalih.
Melakukan berbagai macam amal shalih selain yang dilarang untuk dilakukan ketika haid (shalat, thawaf, berhubungan badan) saat manghadapi malam lailatul qadar. Makna amal shalih sangatlah luas yang mencakup segala perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah di dalam al-Quran dan hadits maupun yang tidak disebutkan dalilnya selama bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, baik di dunia maupun di akhirat.
Lailatul qadar seolah menjadi misteri ilahi kapan dan kepada siapa akan turun. Karena hak prerogatif Allah, semua orang berkesempatan meraihnya baik laki-laki maupun perempuan. Konsistensi dalam ibadah dan keikhlasan adalah nilai yang harus dikedepankan dalam menyambut lailatul qadar.
