moderasi

Praktek dan Prinsip Moderasi Beragama di Masa Rasulullah

Masih banyak orang yang bertanya, bahkan menggugat praktik moderasi beragama itu seperti apa dan apakah Rasulullah pernah mempraktikkannya?

Sebelum kesana, ada baiknya mengetahui lebih dulu definisi moderasi beragama untuk mempertajam pemahaman. Dalam KBBI, kata moderasi menyediakan dua arti, yakni pengurangan kekerasan dan penghindaran keekstreman. Sementara dalam bahasa Arab, kata moderasi lebih dikenal dengan kata “wasath”, artinya posisi tengahan antara dua hal yang berlawanan. Dapat juga dimaknai sebagai segala sesuatu yang baik dan terpuji sesuai dengan objeknya.

Apa ada contohnya dari Nabi Muhammad?

Bagi mereka yang miskin literasi dan kekurangan nalar kritis, moderasi beragama merupakan sesuatu yang abstrak. Sebaliknya, orang-orang yang paham terhadap sejarah Islam pada masa Nabi, sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in dan periode ulama salaf dan khalaf tidak kesulitan untuk memahami, bahwa moderasi agama adalah ajaran Islam itu sendiri.

Di dalam al Qur’an umat Nabi Muhammad dikatakan sebagai ummatan wasathan atau moderat (al Baqarah: 143) yang membuktikan bahwa agama yang dibawa Rasulullah adalah agama yang moderat. Oleh karena itu, seluruh praktik beragama secara moderat menjelma secara utuh dalam keseharian Rasulullah. Jika ditelaah lebih lanjut, moderasi beragama tak lain adalah ajaran al Qur’an yang dipraktikkan oleh Nabi. Sebagaimana dikatakan oleh Siti Aisyah sendir, bahwa akhlak Rasulullah adalah al Qur’an.

Misi kerasulan Rasulullah dibangun di atas prinsip moderat sebagaimana hadits riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah berkata: “Sungguh aku tidak diutus oleh Allah untuk memberatkan dan menyusahkan. Sebaliknya, Dia mengutusku sebagai guru dan pemberi kemudahan”. (HR. Muslim).

Makna memberi kemudahan tidak berarti menghalalkan yang haram, namun kemudahan berupa alternatif hukum yang sesuai dengan daya kemampuan masing-masing pribadi muslim. Misalnya, musafir diberi keringanan menjambak shalat dan seterusnya.

Namun demikian, moderasi beragama tidak berarti mencari-cari pendapat yang paling mudah. Hanya mengkaji sumber-sumber hukum untuk mencari kemudahan yang memang diberikan oleh Allah kepada umat Islam.

“Tidaklah Nabi diberi dua pilihan kecuali memilih yang paling mudah, selama yang mudah itu bukan dosa. Jika yang mudah itu adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah berkenaan dengan masalah pribadi. Namun, jika perkara haram dari hukum Allah dilanggar, beliau akan marah karena Allah”. (HR. Bukhari).

Dalam metode dakwahnya pun beliau mengedepankan prinsip moderasi dengan pengertian di atas. Anas bin Malik dan Abu Musa al Asy’ari menceritakan pesan Rasulullah ketika melepas salah seorang sahabatnya yang diberi tugas berdakwah ke luar kota.

“Gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari. Mudahkanlah dan jangan membuat mereka sulit”. (HR. Bukhari).

Begitulah yang diajarkan oleh Rasulullah. Suatu pola hidup beragama yang mengedepankan nilai-nilai dan prinsip moderasi yang nantinya melahirkan prinsip toleransi beragama. Alangkah indahnya manakala praktik itu tetap lestari sampai saat ini, tidak dikotori oleh sikap arogan dan kekerasan atas nama agama seperti jamak diketemukan saat ini.

 

 

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

setan di rumah

Waspadalah, Ada Setan Bernama “Dasim” di Rumah Kita

Baiti Jannati, atau rumahku surgaku, merupakan dambaan setiap keluarga. Rumah yang tenteram, damai dan menyenangkan. …

rumah tangga

Tips Rumah Tangga Sejuk nan Damai dalam Islam

Setiap pasangan menginginkan rumah tangga yang harmonis, akan tetapi tidak semua pasangan suami-isteri bisa meraihnya. …