Ilustrasi Radikalisme di Kalangan ASN
Ilustrasi Radikalisme di Kalangan ASN

 Radikalisme Tumbuh dari Agama yang Dipahami Setengah-Setengah

Banda Aceh – Penangkapan dua aparatur sipil negara di Aceh oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri bukan sekadar berita kriminal biasa. Bagi Muhammadiyah Aceh Besar, peristiwa itu adalah alarm keras bahwa bahaya radikalisme sering lahir dari sumber yang tak terduga: pemahaman agama yang hanya diambil sepotong, tanpa kedalaman ilmu dan kebijaksanaan.

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aceh Besar, Sayed Muhammad Husen, menilai masalah ini tidak cukup dijelaskan dengan dalih “ada jaringan teror”. Menurutnya, akar persoalan ada pada pendidikan agama yang parsial dan dangkal.

“Dengan pengetahuan agama yang utuh, umat akan mampu menjalankan syariat Islam secara bijak—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk kehidupan sosial dan bernegara,” ujarnya dikutip dari laman Waspada.id, Senin (11/8/2025).

Sayed menegaskan, pemahaman moderat adalah benteng terbaik melawan ekstremisme. Pendidikan yang lengkap, menyentuh akal sekaligus hati, akan membentuk generasi yang terbuka pada perbedaan, menjunjung kemanusiaan, dan menegakkan keadilan.

“Radikalisme sering lahir dari agama yang dipahami setengah-setengah. Tugas kita memastikan anak muda mendapat pendidikan agama yang utuh, agar tak mudah terjerumus pada ajakan teror,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan kembali pesan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam—yang harus diwujudkan dengan cara damai, dialogis, dan berpihak pada kemaslahatan.

Tantangan ini, kata Sayed, bukan hanya milik Aceh, tapi seluruh Indonesia. Pemerintah, tokoh agama, akademisi, hingga masyarakat sipil perlu bergandeng tangan dalam memperkuat moderasi beragama.

Muhammadiyah sendiri, lanjutnya, konsisten mengampanyekan Islam berkemajuan: memurnikan akidah, memperbarui pemikiran, dan terbuka pada kemajuan ilmu serta teknologi. Dengan jaringan pendidikan yang luas, nilai-nilai ini bisa ditanamkan sejak dini.

Sebelumnya, Densus 88 menangkap MZ (47), pegawai Kanwil Kementerian Agama Aceh, di sebuah warung kopi di Banda Aceh pada Selasa (5/8/2025). Di hari yang sama, ZA, pegawai Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, diamankan di sebuah showroom mobil di kawasan Batoh, Banda Aceh.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

daging dan sosis babi

Babi Dinilai Bergizi, Tapi Tetap Haram: Mengapa Islam Melarang yang Tampak Baik?

Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional yang dikutip oleh Food.detik.com, mengungkap daftar 100 makanan paling bergizi …

Prof Yudian Wahyudi

Gerakan Kebajikan Pancasila, Amal Jariyah untuk Persatuan Bangsa

Ambon — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gerakan Relawan …